Cerpen : Sepasang Mata dari Balik Jendela Kayu
Dari balik jendela kayu rumahnya yang luas, mata seorang perempuan terus mengawasi halaman rumahnya yang dipenuhi rerumputan yang hijau. beberapa bunga khas lokal kampung mengornamen halaman itu. Matanya terus mengawasi dan mengawasi.
Seketika, terdengar suara keriuhan. Dia keluar rumah dan melihat kerumunan orang-orang. Dia segera bergegas menuju ke arah kerumunan itu untuk segera tahu apa yang terjadi disana. Seorang lelaki  tampak tergeletak di trotoar jalan. Tangannya memegang erat sebuah botol minuman.Â
Dengan menahan airmata, perempuan itu bergegas menuju ke sebuah rumah yang tak jauh dari lokasi kerumunan orang-orang tadi. Dari balik jendela kaca, dia melihat seorang perempuan tua sedang tidur di kursi. Itu satu-satunya kursi yang ada di rumah tua itu. Perempuan itu mambuka pintu depan rumah tua itu dengan perlahan. Dia tak ingin suara pintu mengagetkan bahkan membangunkan perempuan tua yang sedang tergolek di atas kursi tua itu.
" Apa lagi yang diperbuat lelaki jalang itu," sapa perempuan tua itu secara tiba-tiba.
Perempuan muda itu terkaget-kaget. Tak menyangka perempuan tua yang biasa dipanggilnya nenek itu tahu dirinya masuk ke rumahnya.
" Dia mabuk lagi," jawab perempuan muda itu dengan nada suara pelan.
" Dasar anak yang tak tahu diuntung. Kalau tahu, sudah dari dulu kubiarkan dia mati kelaparan," ujar Nenek.
" Sabar Nek. jangan putus asa. Mungkin suau hari, dia akan sadar dan tobat," katanya.
" Anak seperti itu akan tobat ketika sudah dalam keranda mayat," sembur Nenek.
Sepanjang jalan pulang menuju ke rumahnya, perempuan muda itu menangis. Ia bahkan tak peduli ketika melewati warung, dan menjadi tontonan orang-orang yang duduk di sana sambil tertawa. Bahkan terkesan mengejeknya. Perempuan muda itu tak peduli sama sekali.