Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Repetisi Kekacauan

3 November 2018   09:22 Diperbarui: 3 November 2018   09:49 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://sanctuaryweb.com

Dari semula kebingungan, Geni disergap keraguan. Setelah mengucapkan prakata singkat yang menggelegar di Perayaan Para Perempuan, En nampak gelagapan. Tidak kentara memang. Tapi Geni bisa memastikan. Telah terjadi perubahan pada mimik wajah En.

Satu hal lagi. El menghilang! Geni yang terlalu fokus kepada Nyai, tak lagi memperhatikan saat El mendadak seperti mengalami trance kecil. Hanya sedikit kejang tapi itu menyeret El berjalan pelan-pelan ke belakang orang-orang dan menghilang di kegelapan.

Hal berikutnya yang mengejutkan Geni. Sorot mata En yang tadinya terlihat begitu garang. Melemah dengan cepat. Pupil matanya yang hitam tiba-tiba berwarna-warni. Seperti pelangi. Geni melihat dengan jelas bagaimana tatapan En menjelajahi sekeliling. Seperti mesin pindai barcode yang sedang bekerja.

Semua perempuan yang sedang berpesta itu tak luput dari scanning mata En. Tatapan En berhenti lama di satu tempat. Geni agak terlambat menyadari. Tatapan itu berhenti lama di tempatnya bersembunyi.

Semuanya nyaris terlambat bagi Geni. En menudingkan telunjuknya ke balik tanaman pagar Cincin Api. Tapi sempat menahan diri untuk tidak mengeluarkan perintah apapun kepada para perempuan. En seperti mesin yang terus bekerja tapi dipaksa restart kembali.

Geni berpikir cepat. Lelaki ini melihat gelagat. Des yang sedari tadi menyimak kuat semua kejadian. Berpaling ke arah yang ditunjuk En. Tidak terlihat apa-apa. tapi Des sudah terlanjur curiga. Ratu kematian ini bergegas menghampiri tanaman pagar yang membatasi The Good Hell dengan Paradise. Di tangannya terhunus sebilah belati.

Dari balik pilar besar Paradise, Geni merasakan desir jantungnya berteriak kencang hingga ke telinga ketika melihat Des melempar secara ahli belatinya ke tempatnya bersembunyi tadi. Gila! Kalau aku tidak bereaksi cepat tadi, bisa jadi belati tajam itu telah merobek rongga dada. Geni merasakan lidahnya mendadak pahit.

Tidak mau ceroboh untuk kali kesekian, Geni memutuskan mengendap-endap pergi. Mumpung mereka heboh dengan kekacauan dari tindakan Des. Geni memutuskan nekat mengikuti sebuah teori. Jika kau ingin tak diketahui musuh-musuhmu, maka beradalah sedekat mungkin dengan sarang musuhmu.

Sekuat tenaga Geni berusaha tidak diketahui siapa-siapa saat menyelinap ke cottage terbesar yang diperuntukkan pimpinan para perempuan itu. Cottage tempat Des, El dan En sebelum mereka keluar ke tempat perayaan tadi.

Para perempuan itu semua sedang heboh menyisir setiap tempat di Paradise. Des berteriak-teriak menyuruh semua orang agar mencari.

"Cari sampai ketemu! Jangan ada yang terlewat! Dia pasti belum jauh. Kalau perlu sisir sampai ke jalan besar di bawah. Laut juga!" Des lalu berpaling kepada En.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun