Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Negeri Tulang Belulang (Padang Tulang-tulang)

25 Juni 2018   11:05 Diperbarui: 25 Juni 2018   11:20 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cindy menutup matanya.  Telinganya mendengar sesuatu.  Sayup-sayup namun sangat mengganggu.

Koaaakkk.....bresssss....koakkkkk.....hegh

Itu seperti suara seekor burung besar yang kesakitan, terjatuh lalu mati.  Cindy membuka mata dan mencari sosok Ran.  Pria itu sedang sibuk membenahi perlengkapan yang sedikit berantakan setelah tadi diturunkan secara tergesa-gesa.  Cindy berniat memberitahu Ran apa yang baru saja didengarnya.

Ran menoleh ketika mendengar langkah kaki Cindy mendekati. 

"Ran, sepertinya aku mendengar suara-suara aneh.  Apakah kau juga mendengar hal yang sama?"

Cindy bercerita apa yang baru saja didengarnya.  Ran menyimak dengan serius.  Terheran-heran sebetulnya.  Dia tidak mendengar apa-apa.  Namun tidak diperlihatkannya di depan Cindy.  Ran menduga, sedikit demi sedikit keanehan pada Cindy mulai terkuak.  Tadi kelincahan geraknya.  Sekarang ketajaman pendengarannya.

Untuk memastikan dugaannya Ran mendekati satu persatu anggota team yang lain setelah Cindy pergi.  Tepat seperti dugaannya.  Tidak ada satupun yang mendengar apapun.  Cindy memang berubah!  Mudah-mudahan bukan yang terburuk datang.  Ran berdoa dalam hati.

----

"Apa yang harus kita lakukan sekarang team.  Ada ide?" Ran membuka percakapan saat semua orang duduk melingkar sambil menikmati makanan kaleng.

Semua saling pandang.  Agak gagap untuk sebuah ide.  Negeri yang mereka kembarai ini negeri yang sangat aneh.  Tidak ada dalam peta.  Hewan dan tumbuhannya banyak yang tidak ada dalam daftar ensiklopedia.  Belum lagi lansekap alamnya yang serba raksasa.  Jangan-jangan mereka terjebak di negeri dongeng?

"Kita lanjut ke arah matahari terbenam saja Ran.  Aku mendengar debur ombak di kejauhan.  Menyusur sungai di sini terlalu banyak ngarai dan jurang.  Kita banyak membuang waktu," Cindy berucap setelah beberapa saat suasana hening.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun