Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Reinkarnasi (Bab 17)

23 Mei 2018   03:05 Diperbarui: 23 Mei 2018   03:37 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pesawat badan lebar Airbus 330 itu mendarat dengan mulus di Denpasar.  Tubuhnya yang bongsor menjejak tanah Dewata selembut cahaya matahari yang sedang meranum kuat.  Pulau Bali sangat tropis.  Cuaca selalu hangat cenderung panas.  Itulah kenapa banyak turis bertamu di tempat ini.  Selain cuaca yang mendukung, juga alam yang eksotis dengan pantai, persawahan dan gunung yang rapi ditata oleh para dewa.  Belum lagi kultur yang tetap terjaga meski sentuhan jaman sangat kencang mencoba menjungkir balikkan.

Hoa Lie melirik Kapten Sandro.  Seorang militer yang terlihat sangat keras dan disiplin dalam rencana dan bertindak.  Sekarang mereka sedang menunggu mobil jemputan militer.  Feng Siong tadi minta agar lebih leluasa untuk menyewa kendaraan saja, namun Kapten Sandro bersikukuh bahwa perintah Jenderal Buminata sudah jelas.  Semua hal yang terkait dengan pengaturan transportasi dan akomodasi adalah wewenang penuh Kapten Sandro.  Atas dasar pertimbangan keamanan dan keselamatan Feng Siong dan Hoa Lie tentu saja.

Kendaraan berplat militer tiba.  Sebuah SUV dengan merk ternama.  Pengemudinya seorang prajurit berbaju dinas memberi hormat kepada Kapten Sandro lalu tanpa banyak bicara memasukkan semua tas dan bawaan ke dalam mobil.  Kapten Sandro naik di samping pengemudi.  Anggotanya yang berpangkat sersan bernama Brama duduk di belakang sedangkan Hoa Lie dan Feng Siong dipersilahkan duduk di jok tengah.  Kendaraan itu bergerak maju mengarah ke lereng Gunung Batur.

Perjalanan yang akan menentukan apakah mereka bisa jauh lebih cepat dibanding pihak-pihak lain yang berupaya sebaliknya.  Perjalanan yang beresiko juga karena orang yang akan mereka temui adalah orang yang sangat misterius dengan magis masih mengelilingi kehidupannya dengan kuat.

-----

Di saat hampir bersamaan, sebuah pesawat Boeing 777 KLM mendarat di tengah hujan deras di Jakarta.  Tak lama setelah tersambung dengan garbarata di Terminal 2, Gian Carlo melewati imigrasi dengan mudah.  Dia sudah beberapa kali ke Indonesia berburu barang antik.  Sehingga tidak ada kesulitan untuk keluar masuk Indonesia.  Lagipula Gian Carlo selalu meminimalkan resiko berbuat melanggar hukum di negara-negara yang dimasukinya agar tidak mengalami kesulitan jika harus masuk kembali.

Ada panggilan masuk.  Gian Carlo mengangkat selulernya.  Berbincang sejenak dalam Bahasa Inggris sembari matanya mencari-cari.   Pandangannya tertumbuk kepada seorang laki-laki paruh baya berbaju batik yang juga sedang berbuat hal yang sama.  Gian Carlo melambaikan tangan.  Orang itu bergegas menghampiri Gian Carlo, mengambil koper dan tas jinjing kemudian memberi isyarat agar Gian Carlo mengikuti ke mobil yang sudah menunggu di deretan parkir khusus para pejabat negara.

Gian Carlo tersenyum simpul.  Kali ini dia menjalankan misi dengan banyak kemudahan.  Berkat koneksi Robert Van Der Meer tentu saja.  Gian Carlo melesakkan pantatnya ke jok mobil yang empuk.  Merasakan mobil mewah itu bergeser maju dengan mulus menembus jalanan jantung negara kaya namun bersemburat korupsi ini.

Targetnya adalah datang ke tempat biasa Trah Pakuan berkumpul.  Kota tujuannya adalah Bogor.  Gian Carlo sudah melakukan penyelidikan secara seksama.  Termasuk juga bantuan info berharga dari orang-orang Bu Menteri koneksi Robert.  Ada sebuah padepokan seni terkenal tempat mereka biasa berkumpul dan berdiskusi di kaki Gunung Salak.  Gian Carlo tidak berhasil mengidentifikasi sedikitpun dimana pusat perkumpulan berada yang kabarnya hanya ada di suatu tempat rahasia di Puncak Bogor.

-----

Sin Liong menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi berlawanan arah dengan para pengejar.  Itu artinya kembali ke arah Surabaya.  Citra menyerahkan sepenuhnya kepada Sin Liong keputusan bagaimana cara menghindari konflik terbuka.  Gadis ini benar-benar tidak mau ada korban berjatuhan dari orang-orang yang tidak mengerti apa-apa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun