Rasa bersalah di hatinya terkikis habis oleh gerimis. Â Perempuan itu memang meminta hujan untuk datang. Â Dia serasa seperti daun angsoka yang melayang kekeringan. Â Jatuh di tanah yang terbelah oleh amarah.
Dia hanya ingin satu hal saja. Â Menyulam kembali pagi yang telah dia robek-robek selama berhari-hari. Â Dia mendustai pagi selama ini. Â Berkata cinta tapi lalu mencibirkan muka kepada matahari.
Perempuan itu membanting jendela yang selalu membuka matanya pada penglihatan akan bunga-bunga. Â Amarahnya datang lagi. Â Dia telah menyembunyikan kesunyian sekian lama. Â Kenapa pula mendadak harus datang kembali. Â Di saat amarahnya telah mendekati mati.
Perempuan itu benar-benar marah terhadap amarahnya. Â Dia sangat ingin bersedih. Â Sedih akan merubah amarahnya menjadi pedih. Â Tidak apa-apa. Â Dia sudah terbiasa. Â Pedih adalah sahabat karibnya.
Perempuan itu memanjangkan do'a. Â Menyajikannya dalam nampan. Â Berharap zaman bersedia meluangkan waktunya. Â Dia tahu amarahnya tersisa tak lagi seberapa.
Bogor, 14 Maret 2018