Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tersesat di Jalanan Menuju Surga

24 Februari 2018   20:46 Diperbarui: 24 Februari 2018   21:09 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini bukan surga.  Tentu saja.  Aku masih melihat nafsu berkeliaran di mana-mana.  Aku masih mendengar kegaduhan tentang kelamin di dalam kamar dan tempat sauna.  Aku bahkan merasakan ujung cemeti berduri di punggungku yang terbuka.  Aku terpana saat saksikan banyak wanita cantik bertelanjang dada berteriak kesakitan.  Bukan keluar suara-suara menggairahkan.

Aku tersesat jalan.  Menuju surga malah mampir ke neraka.  Bagaimana bisa.  Bukankah aku tadi berdiam dan mengangguk saja waktu malaikat bertanya.  Aku pikir dengan begitu aku bisa menipu.  Aku sangat mahir untuk itu.

Separuh kesadaranku mengatakan aku tengah kesurupan.  Terbayang janji yang jarang kutepati.  Teringat sumpah yang seringkali hanya menjadi sampah.  Terkenang pada caci maki berulangkali untuk segala hal yang aku benci. 

Separuh kesadaranku yang lain mengatakan untuk segera terjaga.  Mimpi yang kubawa terlalu membuta.  Aku merasa aku baik.  Meski pengakuan itu membuatku tercekik.

Di ujung malam yang teramat lama tiba.  Aku membuka mata.  Menatap rak buku tua.  Tempat Al-qur'anku lama tak kubuka.

Jakarta, 24 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun