Ini bukan surga. Â Tentu saja. Â Aku masih melihat nafsu berkeliaran di mana-mana. Â Aku masih mendengar kegaduhan tentang kelamin di dalam kamar dan tempat sauna. Â Aku bahkan merasakan ujung cemeti berduri di punggungku yang terbuka. Â Aku terpana saat saksikan banyak wanita cantik bertelanjang dada berteriak kesakitan. Â Bukan keluar suara-suara menggairahkan.
Aku tersesat jalan. Â Menuju surga malah mampir ke neraka. Â Bagaimana bisa. Â Bukankah aku tadi berdiam dan mengangguk saja waktu malaikat bertanya. Â Aku pikir dengan begitu aku bisa menipu. Â Aku sangat mahir untuk itu.
Separuh kesadaranku mengatakan aku tengah kesurupan. Â Terbayang janji yang jarang kutepati. Â Teringat sumpah yang seringkali hanya menjadi sampah. Â Terkenang pada caci maki berulangkali untuk segala hal yang aku benci.Â
Separuh kesadaranku yang lain mengatakan untuk segera terjaga. Â Mimpi yang kubawa terlalu membuta. Â Aku merasa aku baik. Â Meski pengakuan itu membuatku tercekik.
Di ujung malam yang teramat lama tiba. Â Aku membuka mata. Â Menatap rak buku tua. Â Tempat Al-qur'anku lama tak kubuka.
Jakarta, 24 Februari 2018