Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tersesat di Bekas Rimba

24 Januari 2018   11:03 Diperbarui: 24 Januari 2018   11:07 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rimbun tajuk yang sama membuatku tersesat.  Tak ada tanda di mana wajah utara berada.  Semuanya nampak sama.  Tak ada jejak mata angin di udara yang dimampatkan cahaya. 

Seharusnya tidak seperti ini.  Jika ada suara Siamang terdengar memberi aba-aba.  Itu artinya pagi mulai merangkaki hari.  Lalu Siamangnya sekarang kemana?  Kalau ada jeritan Kareriang merobek ketenangan.  Itu artinya senja sudah terbit di ujung mata.  Namun Kareriangnya sekarang kemana?

Kelihatannya bumi memang semakin sepi.  Banyak penghuni pergi melarikan diri.  Ke tempat-tempat yang belum lagi dilukai. 

Suara-suara imitasi dari pengeras suara, tak mampu sedikitpun menggantikan lengkingan dari pita suara.  Kita mulai merindukan mereka. 

Sampit, 23 Januari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun