Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merenungi Tempat

22 Januari 2018   11:16 Diperbarui: 22 Januari 2018   15:10 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semisal asap yang bergulung di hadapanku ini bisa aku rangkum menjadi keindahan kabut, tak perlu aku bersusah payah ke puncak Pangrango untuk dapat mengelus dinginnya. 

Seumpama mendung yang menggantung di atasku itu mampu kulipat menjadi sehelai kertas, tak usah aku berjauh-jauh mengupas batang akasia agar bisa menulisinya. 

Seandainya sinar matahari yang sedang bersembunyi di atas sana dapat kurubah menjadi sebidang sawah.  Tentu aku bisa menanami padi yang menghasilkan bulir-bulir penuh kehangatan.

Andaikata pohon-pohon di depanku ini tak bersedih karena mata yang berlaluan tak mau mengedarkan penglihatan.  Maka aku bisa mencandai mereka betapa ramahnya manusia kepada alam.

Jikalau kau tak mau mengaku bahwa aku adalah seorang petugas kata yang sedang berburu cinta.  Jangan salahkan aku bila aku berdiam selamanya di hatimu. 

Jakarta, 22 Januari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun