Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Dengan Bahasa, Tatapan dan Kalimat

10 Januari 2018   07:07 Diperbarui: 10 Januari 2018   19:05 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku memanggil namamu pagi ini dengan bahasa bunga sepatu terhadap embun yang membuatnya mekar.  Membawa sepenuhnya kemesraan bersama wangi tipis yang berhamburan.

Aku membisikkan kerinduan padamu selirih bisikan angin kepada hangat yang dilahirkan sejak dinihari oleh para pecinta malam.  Ibarat lanun yang menyisir samudera lalu menemukan putri pujaan di kapal yang dirompaknya.

Aku mengatakan rasa cinta padamu lewat tatapan passiflora terhadap cahaya yang membuat harinya sungguh berbinar.  Memenuhi ruang-ruang hati yang dihadirkan secara cuma-cuma berulangkali. 

Aku menuliskan puisi untukmu dengan kalimat yang diciptakan para pujangga terhadap tanah airnya.  Begitu mendamba penuh cinta selayaknya halilintar terhadap pucuk pepohonan yang menjulang tinggi di atas bumi.  Datang tanpa rasa gentar dan menjemput dengan tak sedikitpun lutut gemetar.

Aku membacakan sajak untukmu dengan suara terbata-bata seorang balita terhadap ibunya.  Menggambarkan betapa dahsyatnya rasa kasih yang tak pernah keliru hanya karena dunia yang selalu mengharu biru.

Jakarta, 10 Januari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun