Aku selalu berbicara tentangmu
Tentang jeda nafas yang bertamu
Di sebuah teras rumah yang diterangi tiga lampu
Satu untuk menyinari secangkir kopi yang kau ramu
Satu untuk menerangi bait-bait puisi yang aku tulis terburu-buru
Satu lagi untuk beradu dengan sorot matamu yang nampak terpaku
Tak ada cahaya tersisa agar tak tersamarkan kenapa pipimu terlihat tersipu
Aku selalu berpikir dimana aku letakkan tanya
Tentang arti sungai yang kau sebut sebagai airmata
Ketika setitik koma menggantung di udara
Tak bisa menyelesaikan sebuah kalimat sederhana
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!