Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Embun yang Menua

6 Oktober 2017   14:47 Diperbarui: 6 Oktober 2017   14:48 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi mendadak pucat pasi

Ada tangis siap ditumpahkan

Bukan pedih karena hendak melamar airmata

Namun sukacita sebab hujan mulai mengawini musim

Cemara itu hijaunya tiba-tiba pias

Angin terlalu kecil

Tak mampu mengangkat lambaian

Ujung jemarinya sedang melamunkan belaian

Beberapa patah kata mematah di banyak tempat

Luput membidik langit yang bersikukuh untuk angkuh

Ujung kalimatnya perlu diasah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun