Mohon tunggu...
Miftach Salim
Miftach Salim Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Content Writer, A Student, Coffee addicted

Mahasiswa biasa di salah satu kampus negeri di Surabaya. Menulis untuk berbagi ide, Twitter : @miftachsalim IG : https://www.instagram.com/miftachsalim/ for Bussiness : Miftachsalimppns@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tes SBMPTN Itu "Judi", Kecuali untuk Kasus Tertentu

9 Juli 2019   16:59 Diperbarui: 9 Juli 2019   17:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seleksi bersama mahasiswa perguruan tinggi negeri telah berganti nama sekarang dengan sistem yang sedikit berganti. UTBK, Ujian dengan sistem yang berbasis komputer, paperless age. Dengan sistem yang baru dimana nilai UTBK akan keluar dulu dan camaba akan mendaftar ke kampus impiannya dengan memperhatikan nilai-nilai yang telah mereka  dapat dan dibandingkan dengan syarat minimum kampus.

Kampus-kampus Negeri besar dan bergengsi tentu memiliki ribuan calon peminat. Namun, juga memiliki nilai syarat minimum yang tinggi pula. Ya, sistem baru ini bisa jadi lebih baik daripada sistem tahun lalu, dimana kita harus mendaftar di kampus yang ingin kita masuki dulu dan langsung tes. Kebanyakan camaba menggunakan metode peruntungan untuk dapat lolos ke kampus negeri terbaik.

Saya menyebutnya perjudian masuk kampus. Masuk kampus lewat SBMPTN itu ibarat keberuntungan bagi orang-orang dengan kemampuan pas-pas an. Coba saja, siapa tahu bisa masuk. Dan ketika hari pengumuman pun hanya kurang dari 40%  camaba yang mengikuti SBMPTN beruntung untuk lolos pada kampus yang diinginkan, (persentase perkiraan saja).  Sisanya kecewa berat... mungkin beberapa pembaca kompasianer pernah mengalaminya juga, bagaimana sakitnya ditolak sebuah kampus impian dan lebih sakit daripada ditolak cwek gebetan.

Perjudian pun berlanjut, beberapa camaba menerima hasil dan melanjutkan ke sekolah swasta, bagi yang MAMPU. Sebagian memilih bekerja sambil kuliah, ini yang tipe orang yang ingin mandiri(tipe kesukaan saya). Sebagian lagi bertaruh dengan mengikuti les jutaan hingga belasan juta  dengan permainan dijamin masuk kampus impian, dan jika tidak uang kembali berapa persen. Tentunya bagi orang-orang yang MAMPU juga dan belum ingin memiliki kemandirian hidup. Ada yang les 1 semester dan ada yang les 2 semester.

Setahun mereka berjuang kembali, mempelajari semua dasar-dasar materi SMA yang begitu banyak. Ada yang memiliki tips-tips cepatnya. Ada yang semangat sambel, 1 bulan les bulan berikutnya fokus ke game. Banyak waktu terbuang sia-sia. Dan waktu setahun itu sangat singkat. Bagi yang tidak benar-benar memahami materi pasti akan gemetar sebelum menghadapi medan pertempuran ke dua. Ada yang Menghalalkan  segala cara demi mendapat kesempatan lolos masuk perguruan tinggi.

Perjudian ke 2 pun dimulai, kali ini lawan-lawan para camaba tua ini adalah freshgraduate-freshgraduate dari SMA lain dan mungkin SMAnya sendiri hahaha. Malu? Ah untuk apa, toh tidak kenal, dan tiada kata malu untuk memperjuangkan GENGSI kampus impian. Kampus impian ibarat candu bagi camaba tua ini. Selain itu, jangan lupa ada musuh lain yang datang bertandang mengikuti jalur SBMPTN. Siapakan mereka?

Mereka adalah Mahasiswa-mahasiswa yang salah jurusan di kampus negeri yang terpinggirkan dan kampus swasta yang mahal. Bukan hanya karena salah jurusan terkadang faktor lingkungan sosial dan GENGSI yang mendarah daging ini harus dipertanyakan lagi. Mereka-mereka ini akan mengisi lagi pentas panggung jagat perkuliahan. Bertambah beratlah saingan camaba tua yang mempersiapkan dirinya selama satu tahun. Lawan mereka lebih berpengalaman dalam dunia kampus.

Ingatlah adek-adekku, kita ini kuliah bukan mengejar GENGSI. Namun untuk mengasah kemampuan, dan membeli sebuah pedang untuk menghadapi dunia yang kejam ini. Bagi mereka yang telah memiliki kemampuan lebih dan pedang yang tajam, tidak masalah jika tidak kuliah. Mereka bisa menjual kemampuannya dan dapat hidup dari sana. Contoh  anak-anak ini seperti influencer, youtuber, para atlet olahraga, penulis buku, gitaris yang sudah terkenal, drummer, penyanyi yang terkenal, penari, penggambar dan lain-lain. Dan mereka-mereka ini anak-anak yang sudah memiliki pedang yang terasah dan siap diasah lagi untuk pertarungan kehidupan yang keras.

Sedari awal anak-anak ini sudah memiliki pedang tajam setelah lulus SMA. Mereka telah melatih pedangnya sedari duduk di bangku sekolah. Maka tidak heran, mereka ini Sudah menemukan dirinya sendiri, passionnya. Tinggal mengasah saja. Sebenarnya yang paling penting saat ini bukanlah kamu dari kampus mana

tetapi Siapa Kamu? Apa kebolehanmu? Sudah expertkah kamu di bidangmu itu? Apa saja karya yang telah kamu ciptakan? Sudah bermanfaatkah itu untuk kaummu? Maka dalam artikel ini saya ingin menyampaikan jangan terlalu fokus mencari kampus, tapi fokuslah mencari tau siapa dirimu dan mengasah dirimu, dan tentunya pedang asahanmu itu akan tajam, kamu akan jadi expert di bidangmu, dan kamu akan hidup dari situ.

Dan ingat satu hal ini, APAKAH ADA JAMINAN KESUKSESANMU JIKA KAMU MASUK KAMPUS ITU ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun