Mohon tunggu...
mikael rinto
mikael rinto Mohon Tunggu... suka jalan dan kereta api

Seorang lelaki biasa yang cinta kereta api dan jalan-jalan. Instagram dan Youtube: mikael rinto

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Terima Kasih, Pak Didiek Hartantyo! Selamat Nyepur, Pak Bobby Rasyidin!

15 Agustus 2025   22:15 Diperbarui: 15 Agustus 2025   22:15 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinas perdana lokomotif CC201 livery vintage yakni CC2018331 menarik KA Angkutan BBM Mawalo Tanker. Dok Pri

Akhirnya kabar itu datang juga, masa pengabdian Pak Didiek Hartantyo sebagai pucuk pimpinan di PT Kereta Api Indonesia (KAI) menemui ujung perjalanan. Mulai 13 Agustus 2025, pak Didiek, demikian ia akrab disapa, digantikan oleh Pak Bobby Rasyidin. Ada sejumlah catatan menarik selama masa kepemimpinan pak Didiek. 

Sebagai pecinta kereta api Indonesia, Pak Didiek telah menjadi simbol kehangatan dari perusahaan kereta api untuk para penggemar kereta. 

Pada masa awal kepemimpinannya pada 8 Mei 2020, suasana di dunia perkeretaapian terasa berat dan sunyi. Ratusan perjalanan kereta api, harus tarik rem darurat menyisakan jumlah perjalanan kereta api yang masih cukup dihitung dengan jemari.

Hempasan pandemi Corona Virus (Covid-19) yang diiringi dengan pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat berdampak serius pada operasional kereta api. Para pecinta kereta api alias railfans, khususnya yang berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya saat itu, harus melihat jalur kereta yang nyaris lengang. Dari ratusan perjalanan kereta, tinggal menyisakan perjalanan KA Angkutan BBM, KA Prameks, dan Kereta Api Luar Biasa (KLB) Covid. Sedih rasanya melihat jalur kereta yang sepi.

Tapi pandemi tak berlangsung seterusnya, kesunyian tak berlangsung lama, dan harapan itu masih ada. Perlahan, seiring dengan penanganan pandemi, kereta api mulai menggeliat kembali, beriringan dengan masyarakat yang mulai bergerak mencari rezeki.

Saya masih ingat, masa-masa dimana setiap perjalanan kereta api harus dijalankan dengan protokol kesehatan ketat, dan pembatasan mobilitas masyarakat. Dimulai dengan dijalankannya 1-2 kereta setiap harinya. Di jalur selatan, siang hari dilayani oleh KA Sri Tanjung jurusan Lempuyangan-Ketapang, sementara di malam hari ada KA Turangga jurusan Bandung-Surabaya.


Untuk naik kereta juga prosesnya tidak mudah. Di kisaran Juli 2020, saya masih ingat, untuk ke Surabaya dari Jogja harus ada surat hasil tes immunoserologi bebas covid yang dikeluarkan laboratorium, yang biayanya juga tidak murah. Tiket KA Sritanjung hanya Rp 88 ribu, tapi biaya tes bebas Covid-19 bisa 300-500 ribu. Sebelum naik kereta, penumpang diperiksa kelengkapan surat dan tiket, diberikan masker dan face shield, baru bisa masuk ke kereta.

Suasana dalam kereta juga sangat senyap. Waktu itu, dalam satu gerbong, penumpang bisa dihitung dengan jari. Demikian pula suasana di stasiun, kepadatan dan keriuhan penumpang yang naik turun kereta berganti dengan gema sunyi sudut-sudut sepi stasiun yang tak lagi dijamah hangatnya gerakan penumpang.

Setelah beberapa bulan, keadaan mulai membaik. Satu demi satu kereta api mulai dijalankan lagi dengan protokol kesehatan yang ketat. Berbagai prosedur tes kesehatan sebelum naik kereta api diterapkan. Mulai dari tes swab, hingga GeNose. 

Kereta api mulai menggeliat. Hingga akhirnya, di awal 2021 mulai banyak hal-hal baru yang terjadi di kereta api Indonesia. Mulai dari elektrifikasi jalur rel Yogya-Solo, ujicoba layanan Kereta Rel Listrik (KRL) di area itu, hingga perubahan logo PT KAI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun