Mohon tunggu...
Miguel Dharmadjie
Miguel Dharmadjie Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi nilai-nilai kebajikan

Public speaker, Member of IPSA (Indonesian Professional Speakers Association), Dhammaduta, Penyuluh Informasi Publik (PIP) dan Penulis. Urun menulis 9 buku antologi dan kolaborasi: "Berdansa Dengan Kematian : Narasi Survival, Solidaritas dan Kebijakan di Pandemi Covid-19" (November 2020), "Di Balik Panggung Bicara (Kisah dan Kolaborasi Pembicara Publik)" (Mei 2021), "Selalu Tebar Kebaikan" (April 2022), "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati" (Desember 2022), "Gerimis Cinta Merdeka" (Januari 2023), "Speakers' Notes" (Januari 2023), "Speakers' Notes: The Next Journey" (Oktober 2023), novel "Kapak Algojo dan Perawan Vestal" (Juni 2024), serta "A2Z Experience In Public Speaking" (Agustus 2024).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waisak dan Keluhuran Bangsa

27 Mei 2021   12:30 Diperbarui: 21 Desember 2022   12:07 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ucapan Waisak 2565 TB/2021 (sumber: KBBV Makassar)

Umat Buddha di seluruh dunia, termasuk umat Buddha Indonesia memperingati Hari Raya Trisuci Waisak 2565 Buddhist Era (B.E.) Tahun 2021 pada tanggal 26 Mei 2021 dengan Detik-detik Waisak jatuh pada pukul 19.13.30 WITA.

Hari Trisuci Waisak dikenal sebagai hari Buddha yang memperingati tiga peristiwa agung berkenaan dengan kehidupan Guru Agung Buddha Gotama, yaitu : Kelahiran Pangeran Siddharta Gotama di Taman Lumbini (623 SM), Petapa Gotama mencapai ke-Buddha-an dan menjadi Sang Buddha di Bodh Gaya (588 SM) serta Sang Buddha Gotama Mangkat atau ber-Parinibbana (543 SM) di Kusinara.

Tiga peristiwa agung tersebut terjadi pada hari yang sama yaitu hari purnama raya pada bulan Waisak dengan tahun yang berbeda.

Bagi umat Buddha, Hari Trisuci Waisak tidak sekadar menjadi ritual Hari Trisuci Waisak atau seremonial Tahun Baru Buddhis semata. Tetapi menjadi momen penting untuk mengingat dan menghayati ajaran kebenaran Dhamma sebagai pedoman hidup yang luhur.

Apalagi saat ini bangsa kita masih dalam masa tanggap darurat penanganan wabah Corona Virus Disease (Covid-19). Sehingga peringatan Hari Trisuci Waisak hendaknya makin menyadarkan kita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Dhamma dalam membantu Pemerintah Indonesia mengatasi pandemi Covid-19.

Ajaran Buddha memuat nilai-nilai universal untuk mengembangkan kepedulian kepada sesama dan meningkatkan kualitas batin. Salah satunya adalah Brahmavihara atau Empat Keadaan Batin Luhur, yang terdiri dari : metta (cinta kasih), karuna (kasih sayang), mudita (rasa simpati), dan upekkha (kesimbangan batin). Ajaran tentang Brahmavihara bersifat universal tanpa memandang agama ataupun kepercayaan.

Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama dalam "Pesan untuk Hari Raya Waisak 2021" menempatkan Brahmavihara dan Metta sebagai salah satu poin utama. Pesan Waisak dari Vatican ini bahkan mengutip ajaran Buddha dalam Metta Sutta dan Dhammapada, yang berbunyi :

Ajaran Buddha tentang Brahmavihara (Empat Kediaman Luhur atau Kebajikan) memberi kita pesan solidaritas abadi dan kepedulian aktif. Berbicara tentang metta (cinta kasih), itu mengajak para pengikut untuk menyampaikan cinta yang tak terbatas kepada semua. "Sebagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwanya melindungi putra tunggalnya, demikianlah terhadap semua makhluk kembangkan pikiran cinta kasih tanpa batas" (Metta Sutta). Seperti yang Buddha ajarkan, praktisi juga didorong untuk "bergegaslah berbuat kebajikan, kendalikan pikiranmu dari kejahatan; barangsiapa lamban berbuat bajik, maka pikirannya akan senang dalam kejahatan". (Dhammapada, 116).

Ucapan Waisak 2565 TB/2021 (sumber: Parami Buddhist School)
Ucapan Waisak 2565 TB/2021 (sumber: Parami Buddhist School)

Pentingnya pesan cinta kasih ini sejalan dengan Pesan Trisuci Waisak 2565 / 2021 dari Sangha Theravada Indonesia bertema "Cinta Kasih Membangun Keluhuran Bangsa" untuk mengingatkan pentingnya dasar cinta kasih sebagai pedoman hidup bermasyarakat yang berbudi pekerti luhur dalam membangun keluhuran bangsa.

Sejak dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi keluhuran. Keagungan Candi Borobudur menjadi saksi sejarah keluhuran bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur dalam hidup bermasyarakat saat itu tergambarkan dengan indahnya pada relief-relief Candi Borobudur yang dapat kita saksikan hingga kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun