Mohon tunggu...
miftakul inayah
miftakul inayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN RMS Surakarta

Semangat yaaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibu Muhammadiyah Ayah NU

12 Desember 2023   06:27 Diperbarui: 12 Desember 2023   06:31 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Artikel yang saya tulis ini  adalah kisah sahabat saya. Sebut saja dia A. A lahir dalam keluarga dengan ormas yang berbeda. Ibunya adalah seorang muhammadiyah dan ayahnya adalah Nahdlatul Ulama.

Kalau ada yang tanya dia Muhammadiyah atau NU, A akan menjawab tidak tahu karena dia juga bingung. Kini  A bersekolah di  pesantren sejak MTS/SMP dan mengikuti ajaran NU karena sebagian besar penduduknya adalah anggota NU. 

Namun jika A ada di rumah dan mayoritas masyarakatnya adalah warga muhammadiyah, maka A akan mengikuti ajaran muhammadiyah.

 Misalnya, jika NU menggunakan Qunut untuk salat subuh, tetapi Muhammadiyah tidak menggunakannya. Nahh,  A ini memakai Qunut saat subuh ketika ia di pondok, tapi tidak di rumah. Biasanya hari raya idul fitri muhammadiyah lebih awal dari hari raya idul fitri NU, karena saat itu A sedang di rumah maka ia ikut sholat Ied di masjid Muhammadiyah bersama masyarakat lainnya.

 Menurutnya, selama tidak menyimpang dari ajaran Islam, tidak apa-apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun