Mohon tunggu...
Mifta Khalimmatus
Mifta Khalimmatus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adanya Senioritas dan Junioritas di Pondok Pesantren

5 Mei 2024   11:30 Diperbarui: 5 Mei 2024   11:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo sobat kompasiana? Sudah pernahkan kalian merasakan hidup didunia Pondok Pesantren?. Pondok pesantren, adalah tempat pendidikan agama Islam yang khas, tidak hanya menjadi tempat untuk memperdalam pengetahuan keagamaan, akan tetapi juga menjadi tempat untuk pembentukan karakter dan kepemimpinan. 

Pondok pesantren yang identic dengan banyak orang tidak memungkiri munculnya pengaruh dinamika social. Salah satu aspek yang memengaruhi adanya dinamika sosial di pondok pesantren adalah konsep senioritas dan junioritas. 

Senioritas dan junioritas merupakan konsep sosial yang melibatkan hubungan berdasarkan urutan masuk atau lama tinggal di pondok pesantren. Para santri yang telah tinggal lebih lama di pondok disebut sebagai senior pesantren dan memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan santri baru atau yang baru saja bergabung atau yang disebut junior. Walaupun sering tegaskan jangan terlalu memperlihatkan senioritas dan junioritas

Salah satu yang membuat adanya senioritas dan junioritas adalah penempatan penugasan tugas dan tanggung jawab di pondok pesantren. Para santri senior akan  sering diberi tanggung jawab yang lebih besar dalam menjaga disiplin, mengajar sesama santri, atau membantu pengelolaan kegiatan sehari-hari di pondok bahkan dituntut untuk bisa menajadi contoh yang baik dalam keseharian dipondok. 

Sementara itu, santri junior biasanya lebih banyak mendapatkan bimbingan dan pendampingan dari para senior. Tidak jarang para santri junior menganggap para santri senior lebih enak karena terkesan banyak mempunyai wewenang di pondok pesantren. 

Terkadang  santri junior juga mungkin merasa terbebani atau tertekan oleh ekspektasi yang tinggi dari santri senior atau oleh hierarki sosial yang ada. Ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan perasaan tidak dihargai di antara santri junior

 Namun, penting untuk kita diingat bahwa konsep senioritas dan junioritas di pondok pesantren tidak boleh disalahgunakan atau dijadikan alasan untuk penindasan atau perlakuan tidak adil dari santri senior terhadap santri junior. Para senior diharapkan karena mereka telah tinggal lebih lama di pondok dibandingkan para santri junior maka mereka diharuskan bisa menjadi teladan yang baik, memberikan bimbingan, dukungan, motivasi, dan inspirasi bagi santri junior dalam menjalani kehidupan di pondok pesantren.

Selain itu, hubungan antara senior dan junior di pondok pesantren juga mencerminkan nilai-nilai solidaritas, persaudaraan, dan kebersamaan dalam Islam. Para santri diajarkan untuk saling menghormati antara kepada yang lebih tua, peduli jika ada teman sedang kesusahan , dan bekerja sama demi kebaikan bersama tanpa memandang senioritas atau junioritas.

Bagi para santri,adanya senioritas dan junioritas di pondok pesantren juga merupakan bagian pengalaman dari pembelajaran sosial dan pembentukan karakter. Mereka diajarkan untuk menghargai proses belajar, menghargai yang lebih tua dan hidup bersama tanpa harus membeda-bedakan, serta menghormati perbedaan dan keunikan masing-masing individu.

Dengan kita memahami dan menghormati konsep senioritas dan junioritas, tidak akan ada penindasan atau perlakuan tidak adil dari santri senior terhadap santri junior pondok pesantren. Sehingga menjadi akan menciptakan lingkungan pondok pesantren yang inklusif, mendukung, dan memperkaya pengalaman pendidikan agama Islam bagi semua santri. Melalui kolaborasi antara senior dan junior, pondok pesantren dapat terus menjadi lembaga pendidikan yang memberikan kontribusi besar dalam menciptakan pendidkan karakter dan pemahaman agama yang berkelanjutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun