Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Menjadi petani di sawah kalimat

Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rumah Subsidi, Realistis Menggapai Rumah Impian

10 Juni 2025   15:32 Diperbarui: 30 Juni 2025   02:53 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah impian jadi kenyataan : Foto: Miftahul Abrori


Oleh: Miftah A.

Punya rumah adalah impian yang nyaris jadi doa harian. Terutama bagi generasi milenial yang sudah berkeluarga. Rumah bukan sekadar atap dan tembok. Rumah adalah tempat pulang, tempat memadu kasih bersama pasangan tersayang. Rumah menjelma tempat  membesarkan anak-anak tersayang, serta merangkai masa depan keluarga idaman.

Di tengah harga properti yang terus meroket, mimpi ini seringkali terasa makin jauh. Saya termasuk yang merasakannya. Gaji yang stagnan, harga tanah dan rumah yang terus naik tiap tahun, dan KPR konvensional yang kini hampir selalu di atas Rp300 juta. Satu pertanyaan besar: masih mungkinkah punya rumah sendiri?

Saya mulai melirik KPR subsidi. Awalnya penuh keraguan. Semakin saya pelajari, justru ini yang rasanya paling realistis untuk kami yang ingin punya rumah, tanpa mengesampingkan memikirkan biaya hidup harian.

KPR subsidi punya tenor panjang hingga 20 tahun dan cicilan sekitar satu jutaan per bulan. Bunga flat sampai lunas juga jadi pertimbamgan. Bagi saya yang terbiasa hidup ngontrak, itu terdengar seperti konsep baru: ngontrak tapi bonus punya rumah.

Sepengamatan saya sesuai pengalaman, ngontrak rumah sederhana dan layak di Solo Raya saja sekarang sudah menyentuh angka rata-rata Rp10 juta per tahun. Itu pun ada kemungkinan tiap tahun naik, belum termasuk risiko harus pindah saat kontrak habis. 

Bandingkan dengan mencicil rumah subsidi: tetap tinggal, tetap bayar, tapi dengan harapan rumah akan jadi milik sendiri di akhir masa cicilan.

Tentu, rumah subsidi bukan tanpa kekurangan. Spesifikasinya standar, lokasinya kadang agak di pinggir kota, dan pilihan model terbatas. Tapi di sisi lain, ada banyak kelebihan: bunga tetap (flat) sepanjang masa cicilan, tidak perlu uang muka besar, dan prosesnya kini makin terbuka dengan keterlibatan perbankan dan pengawasan pemerintah.

Saya pribadi pernah berada di titik itu. Saat akhir pekan berkeliling mencari rumah. Bukan hanya lewat iklan atau brosur, saya berjuang meraih rumah impian dengan menjelajah online dan offline.

Lebih dari sepuluh perumahan saya datangi. Kami tanya via WhatsApp, bertemu langsung dengan marketing, bahkan survei ke lokasi. Dari brosur-brosur yang kami kumpulkan, ada rasa yang muncul: mungkinkah ini bukan lagi mimpi?

Namun, hati-hati tetap perlu. Jangan tergiur harga murah semata. Jangan sampai kena tipu. Lihat lokasi, cek legalitas tanah, dan pastikan bangunan sudah sesuai spek. Banyak yang tergoda, tapi kemudian kecewa karena kurang teliti sejak awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun