Mohon tunggu...
Miftachul Khawaji
Miftachul Khawaji Mohon Tunggu... Seniman - Guru

Tukang gambar dan kadang suka nulis.. 👨‍🎓Islamic History and Civilization 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Filsafat Jawa ala R.M.P. Sosrokartono (Kakak kandung R.A. Kartini & Guru spiritual Ir. Soekarno)

4 Mei 2023   16:10 Diperbarui: 4 Mei 2023   16:14 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di era ini, hampir segala sesuatu terbagi ke dalam dua corak umum, yaitu Barat dan Timur. Baik hal-hal yang berupa pemikiran, gaya hidup, maupun produk-produk kebudayaan lainnya. Dunia filsafat tak luput pula dalam pembagian yang berdasarkan corak-corak tersebut. Filsafat Barat yang diidentikkan dengan sesuatu yang mengedepankan rasionalisme dan empirisme, sedangkan Filsafat Timur yang pada umumnya diidentikan dengan pola pikir yang tidak jauh dengan dunia metafisika. Dalam kaitannya dengan hal ini, Filsafat Jawa dapat dikelompokkan ke dalam corak Timur, dimana pada umumnya Filsafat Jawa sangat erat kaitannya dengan ilmu laku orang Jawa yang tidak dapat dipisahkan dengan dunia spiritualitas yang bertujuan untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup.[1]

Dalam dunia Filsafat Jawa sendiri terdapat banyak tokoh yang memiliki pemikiran-pemikiran serta kontribusi yang penting bagi keberlangsungannya. Termasuk diantaranya yaitu Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono. Namanya memang tidak terlalu terkenal jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh Filsafat Jawa lainnya. Bahkan, Sosrokartono tidak jauh lebih terkenal dibanding adiknya sendiri, Raden Ajeng Kartini. Padahal, dalam sejarahnya justru Sosrokartono lah yang menjadi mentor sekaligus memiliki peran besar dalam kehidupan adiknya tersebut.

Memiliki nama yang kurang tenar bukan berarti Sosrokartono adalah manusia biasa-biasa saja. Dalam sejarahnya, sosrokartono banyak memiliki andil besar dalam upaya menumbuhkan kesadaran nasionalisme di tengah keadaan di mana Indonesia saat itu masih dijajah oleh Belanda. Bahkan, mahasiswa asal Jawa pertama di Belanda ini dapat disebut sebagai “guru spiritual” bagi bapak proklamator Indonesia, Ir. Soekarno. Tidak hanya itu, kiprahnya di luar negeri juga tidak kalah mengesankan. Dengan kemampuannya menguasai banyak bahasa (polyglot), ia sukses meniti karirnya di luar negeri sebagai penerjemah di Liga Bangsa Bangsa, dan pernah pula menjadi wartawan perang dunia pertama.

Dari kiprahnya di luar negeri tersebut, sebenarnya Sosrokartono dapat hidup mewah dari hasil upah pekerjaannya. Akan tetapi, ia lebih memilih untuk kembali ke tanah air kelahirannya dan menempuh jalan spiritual dengan mengabdikan dirinya untuk kehidupan sosial. Selama menjalani laku spiritualnya inilah lahir ajaran-ajaran yang bernilai tinggi yang masih dapat relevan dengan segala keadaan zaman. Ajaran-ajarannya ini sebagian dituangkan ke dalam kalimat-kalimat singkat berbahasa Jawa yang merupakan refleksi dari nilai-nilai kehidupan yang dijalaninya.

Riwayat Hidup Singkat R.M.P. Sosrokartono

Raden Mas Panji Sosrokartono dilahirkan pada tanggal 10 April 1877, di Mayong, Jepara. Ia terlahir dari keluarga bangsawan yang memiliki keteguhan dalam memegang agama dan tradisi, namun juga berpikir progressif serta cinta ilmu pengetahuan. Ayahnya merupakan Bupati Jepara, Kakeknya dari jalur ayah merupakan seorang bupati Demak, sedangkan kakek dari jalur ibu merupakan seorang pengasuh pesantren di daerah Telukawur, Jepara. Tak heran jika sejak kecil Sosrokartono sudah mendapatkan pendidikan formal maupun agama di sekolah-sekolah bentukan Belanda maupun dengan mendatangkan guru mengaji.

Sosrokartono juga terlahir dengan beberapa kelebihan lain selain dari jalur keturunan. Sejak kecil Sosrokartono sudah memiliki semacam kekuatan magis semacam indigo, ia juga menguasai sekitar 36 bahasa[2], serta cinta akan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dengan kemampuan dan kelebihannya tersebut, tak heran jika Sosrokartono mampu menjadi orang pertama asal Indonesia yang menjadi mahasiswa di Belanda. Ia juga sempat mendirikan Indische Vereeniging, sebuah benih-benih pergerakan nasional yang dibentuk di pusat negeri penjajah itu. Organisasi ini juga sempat melakukan kontak dengan Budi Utomo di tanah air dalam hal menggaungkan semangat nasionalisme dan kemerdekaan tanah air.

Sosrokartono melalangbuana di dunia Eropa sekitar 28 tahun. Setelah mendapatkan gelar Doktorandus-nya di Leiden, ia sempat meneruskan pendidikannya ke jenjang S2, namun harus terkendala karena perbedaan pemikiran dengan dosennya, Snouck Hurgronje. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya dan kemudian bekerja. Ia juga melakukan beberapa korespondensi dengan teman-temanya di Eropa, hal inilah yang kemudian membuat surat-surat Kartini dikompilasikan dan kemudian mampu dikenal luas.

Di Eropa, Sosrokartono sempat menjadi wartawan perang dunia pertama, dimana ia mampu meliput sebuah pertemuan yang sangat rahasia antara Jerman dan Perancis kala itu. Tulisannya tersebut terbit pada hari berikutnya di koran The New York Herald.

Paska perang dunia pertama, dibentuklah Liga Bangsa-Bangsa yang kelak menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa paska berakhirnya perang dunia kedua. Di sanalah Sosrokartono pernah menggunakan kepandaiannya dalam hal bahasa, yaitu sebagai penerjemah di Lembaga Bangsa-Bangsa tersebut. Bahkan kemudian ia diangkat sebagai kepala penerjemah dari beragam bahasa. Akan tetapi, Sosrokartono menjalani pekerjaan di LBB tersebut tidak lama. Meskipun digaji dengan angka yang tinggi, ia merasa kering dan gersang secara spiritualnya, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari lembaga tersebut.

Setelah 28 tahun menjelajah Eropa, Sosrokartono memutuskan untuk kembali ke tahan airnya pada tahun 1925, dan kemudian menetap di Bandung. Di Bandung inilah ia mendirikan pusat kesehatan di sebuah kontrakan bernama “Darussalam”. Di kontrakan  Darussalam inilah Sosrokartono mengabdikan dirinya untuk masyarakat luas. Ia dikenal sebagai orang yang mampu mengobati berbagai penyakit hanya dengan menggunakan air dan tulisan Alif. Tak heran jika banyak masyarakat yang berdatangan setiap harinya di kontrakan Darussalam tersebut. Akan tetapi, Sosrokrtono sama sekali tidak bersedia dibayar. Sekalipun ia menerima pemberian dari pasiennya, pasti langsung ia bagikan kepada yang membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun