Kata Go!Blog, buat kami para blogger artinya adalah memberi semangat untuk menulis dan terus konsisten dalam berkarya dalam bentuk tulisan. Namun, saat kata tersebut berubah satu huruf menjadi 'Goblok', artinya berubah (MUNGKIN) menjadi umpatan dan hinaan dalam kondisi kata-kata tersebut diucapkan diatas panggung oleh orang yang memiliki pangkat dan status sosial yang tinggi kepada seorang rakyat kecil yang kehidupan sehari-harinya tidak pasti.
Saya menggunakan kata MUNGKIN, karena memang makna sebuah kata atau kalimat tidaklah pasti. Saya mencontohkan sebuah percapakan sehari-hari sekelompok anak muda yang bahasanya penuh dengan nama-nama hewan kebun binatang. Mereka saling memanggil dengan kata 'Nyet' (monyet), belum di aduk minumnya 'njing' (anjing), tai lu, dan lain sebagainya.
Saya yang tidak menggunakan kata-kata seperti itu dalam percakapan sehari-hari merasa risih saat berada dekat dengan mereka. Nah, kalau sesama mereka, apakah risih dan juga merasa terhina? Jawaban pastinya tidak, karena bahasa seperti itu menandakan keakraban dan kedekatan hubungan mereka. Justru saat ada salah satu anggota kelompok yang tiba-tiba sopan, orang tersebut malah dianggap aneh dan lucu.
Dari contoh diatas kita bisa melihat bahwa makna bisa berubah sesuai dengan kondisi dimana bahasa itu dipakai. Kita harus pintar memainkan peran dan memahami kondisi dan siapa lawan bicara kita. Kata yang diniatkan sebagai candaan, muncul dalam bentuk frasa atau kalimat yang diucapkan, akan tetapi ditangkap oleh lawan bicaranya menjadi sebuah hinaan. Apakah salah? MUNGKIN.
Gus Mifta yang terkenal sebagai presidennya para pendosa, biasa berdakwah di lokalisasi dan klub malam, menggunaakan kata goblok dan diksi-diksi yang biasa dipakai di lingkungan dakwahnya adalah MUNGKIN tanda kedekatan dan hal yang lumrah dalam keseharian mereka. Akan tetapi mungkin dia lupa, bahwa saat di atas panggung lain yang dihadapi adalah komunitas yang berbeda secara ekonomi, standar bahasa, dan adat kebiasaannya. Mungkin dia juga lupa, bahwa saat ini juga memainkan peran sebagai seorang Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan yang harusnya memiliki standar bahasa yang mampu menyatukan.
Namanya juga manusia tempatnya salah dan lupa, dan itu MUNGKIN cara sang pencipta menyadarkan umatnya saat dia berada dipuncak dan memiliki segalanya dengan cara sederhana, dengan satu kata yang bermakna ganda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI