Mohon tunggu...
Fahmi Awaludin
Fahmi Awaludin Mohon Tunggu... Guru, Dosen -

Guru (kelas) SD; Dosen B. Inggris Niaga; Suka buat modul; chatting; beristri dan memiliki anak cantik... hehehe

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Curcol Guru (1): 3x Bayar Panci

29 Oktober 2015   10:45 Diperbarui: 29 Oktober 2015   11:00 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pagi ini saya lagi jadi petugas piket tiba-tiba seseorang menghampiri, tentu dilengkapi dengan kartu visitor dimana menjadi prasyarat bagi orang luar atau tamu pada umumnya.

Pa, kenalkan saya Lani (sebut saja begitu), boleh bertanya dimana ruang guru, suara merdu itu. Tanpa berpikir panjang, selaku petugas piket punya tanggung jawab menjaga keadaan termasuk orang tak dikenal.

“Ada perlu apa ya mba?”, tanya saya. Saya mau demo masak alat-alat rumah tangga terutama ibu-ibu, karena ini merupakan tanggung jawab saya selaku sales untuk memperkenalkan produk baru. Dalam hati bertanya, oh intinya jualan tapi bagus sech santun karena tujuan utama hanya demo masak terus ujung-ujungnya jika ada yang berminat ya kudu beli, hehehehe.

          Sesampainya di ruang guru dan menemui Kepala Sekolah untuk kali pertama dan menyapa sebagian guru-guru yang tengah menunggu giliran jamnya, si mba Lani itu segera mengeluarkan barang-barang yang dibutuhkan juga makanan mentah yang menjadi contoh masakan yang pada akhirnya dihidangkan di ruang guru.

Baiklah ibu-ibu dan bapak semuanya, perkenalkan saya Lani, seorang sales yang akan berbagi pengalaman seputar dunia dapur, katanya. Baik, adakah diantara para guru yang pernah atau sering kerepotan memasak dikala waktu sempit dan khawatir akan keamanan barang-barang disekitarnya?

“Ada, saya,,, mbak,,, kata bu Nengsih. Lantas bu Nengsih pun diminta untuk menemani demo masak di siang itu, tepat guru-guru beristirahat. Jadi ibu dan bapa, tepat sekali jika ibu kita ini, bu Nengsih mengalami kesulitan ketika memasak dan harus menyiapkan segala sesuatunya buat keluarga padahal waktunya terbatas.

Saat ini saya coba memasak sayur asam dan sop daging tanpa merasa terganggu dengan bahaya api dan bau atau juga kotor. Karena panci ini dibuat khusus kebutuhan ibu-ibu. Sebelum saya lanjutkan ada yang mau membantu ibu Nengsih?

Spontan ibu Neneng yang latah langsung angkat tangan,,, oh iya masak apa ya? Semua guru yang mendengar tertawa,,, bu kan tadi sales nya sudah nerangin, kata teman-teman sembari tertawa ria. “Oh iya, maklum lagi BBMan sama suami terus gak ngeh latah saya keluar……”hehehehe.

 Disaat mba Lani memasak ditemani bu Nengsih dan ibu Neneng yang belum lama gabung,,,, tiba-tiba ada seorang ibu bertanya,,,, apa kelebihan produk tersebut dan bagaimana saya harus memilikinya soalnya saya tertarik untuk memilikinya, kata bu Ani.

Bu darso, bu Karsi, bu Neni, Bu Ena bahkan pa Tarno yang baru datang heboh ngomongin itu barang,,,,, sementara sales kerepotan harus jawab satu persatu. Lalu pertanyaan dari bu Ani pun langsung dijawab sama mba sales tersebut. Jadi panci ini tidak menggunakan minyak tanah, gas juga tetapi menggunakan listrik dan hebat energi juga tanpa mengurangi kwalitas barang. Tentu manfaatnya banyak, hemat tempat, aman dari anak-anak juga mudah digunakan dan garansi selama 3tahun tanpa biaya ganti. Tertarik kan? Makanya pesan sekarang cukup bayar 3x,,, 1500rb, jadi total 450rb saja, kwalitas jepang dan bagi yang membayar cash cukup bayar 380rb saja. Wowwwwwww….

Akhirnya matang juga masakannya ibu-ibu dan bapa-bapa,,,, silakan dicicipi. Sekian demo masak dari saya, sebelumnya saya berterima kasih atas waktunya ya, kata mba Lani yang berprofesi sebagai sales tersebut. Dan saya pun tertawa melihat kelakuan ibu-ibu disaat ada demo masak.

 

Semoga bermanfaat ya. (Fahmi Awaludin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun