Mohon tunggu...
Michitra Adhikarsa
Michitra Adhikarsa Mohon Tunggu... -

Manusia biasa...Just an ordinary man. Love to write and read almost about everything.\r\nPengamat dan pemerhati masalah KOMPASIANA, media, dan semua hal. Belajar menjadi hamba.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Ahok Sepertinya Dimusuhi dan Tidak Disukai?

8 Agustus 2013   15:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:30 7427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa jawaban dari judul saya di atas itu? Saya maunya langsung to the point saja. Karena Ahok itu sudah memutarbalikkan keadaan saat ini. Orang-orang yang merasa dirinya diusik tentu saja akan bereaksi keras, dan mereka nampaknya tak akan peduli apakah reaksi mereka itu lucu, bodoh, atau menggelikkan. Target utama hanya satu, mereka tidak mau kalah dengan Ahok. Mereka juga tidak suka kepentingan mereka diusik.

Banyak sekali tulisan tentang itu yang dapat kita cari di dunia maya. Ada begitu banyak pula video yang dapat kita tonton di youtube tentang ketegasan dan keinginan bulat seorang Ahok selalu saja dianggap salah dan keliru. Hanya karena apa? Hanya karena gaya Ahok yang keras dan tegas dan tak pandang bulu? Atau ada maksud-maksud tersembunyi lainnya?

Dalam hal ini, benarlah perkataan seorang pengamat politik yang mengatakan kenapa sih kita sibuk banget mengurusi gaya orang. Itu memang gaya Ahok! Ya lihat dong esensinya. Konten dan konteks perkataan Ahok. Masak orang yang tegas seperti dia harus dipaksakan untuk mengubah gaya….nggih…nggih? Masing-masing orang punya gayanya masing-masing toh. Orang luar sana bilang so what gitu. Orang Jakarta bilang, masalah buat elo? Yang bermasalah melihat gaya Ahok itu saya pikir tidak jauh dari orang-orang yang tidak suka melihat perubahan serta tidak pandai menilai jaman. Jaman sudah berubah bung. Anda pikir ini masih jaman batu atau jaman orba yang semuanya harus diatur-atur supaya menjadi ‘satu gaya’? Sekarang bukan jamannya lagi bersikap Asal Bapak Senang atau Asal Ibu Senang (ABS –AIS). Kalau salah ya salah. Kalau melanggar perda ya melanggar perda. Kalau tidak tau aturan ya musti diatur supaya ngerti aturan. Itu saja kok.

Sekarang mari kita lihat. Kenapa gaya Ahok membrantas preman Tanah Abang dan merelokasi PKL mau dibesar-besarkan seakan-akan Ahok yang salah? Ini namanya keterlaluan. Orang mau menata kota dan menegakkan aturan kok dibilang inilah dan itulah. Bahkan ada yang berkomentar banyak kali di sini (Kompasiana) begini, katanya Jokowi sibuk blusukan cari kawan tapi Ahok sibuk nyari musuh. Ini adalah komentar hendak mengadu domba dan memancing di air keruh. Busuk namanya itu. Ingin membenturkan Jokowi dan Ahok, padahal mereka berdua adalah satu paket. Sama seperti di mobil ada rem dan gas. Tidak boleh hanya ada salah satu, kalau saja tidak ada salah satunya maka mobil itu hanya ada dua pilihan tidak jalan atau jalan tanpa kendali dan masuk jurang. Keduanya mesti saling melengkapi dan menggenapi. Satu hal lagi, keputusan Jokowi, itulah yang dijalankan dan ditegaskan Ahok. Tidak mungkin tidak. Tidak mungkin mereka berjalan sendiri-sendiri. Sadarilah itu.

Bagi mereka yang mengatakan bahwa Ahok itu sibuk nyari musuh, saya justru suka dengan Ahok mencari semakin banyak ‘musuh’. Menegakkan aturan tidak boleh ada kompromi, sekalipun musuh akan banyak berdatangan. Itu resiko menjadi pemimpin yang tegas. Begini lho, Anda pilih mana Ahok iya-iya saja cari kawan dan berkompromi dengan korupsi, pelanggaran aturan, serta berkompromi dengan para preman atau ia bertindak sebaliknya? Pilih mana ia menjadi musuh banyak orang tapi karena menegakkan aturan, melawan para preman, tukan catut, koruptor dan sebagainya itu atau membiarkan dia mendapat banyak kawan tapi dengan mengiyakan orang-orang yang sudah melanggar aturan, koruptor dan sebagainya itu? Saya heran dengan orang-orang yang tidak bisa berpikiran jernih itu.

Lihat saja ulah organisasi yang menamakan diri mereka Komnas HAM, juga yang mengatasnamakan Ketua Asosiasi PKL Indonesia..siapa itu namanya saya lupa? Kerjaan mereka itu nggak jelas untuk apa. Cuma cari sensasi tanpa dasar yang jelas. Untuk apa mereka bermaksud memanggil Ahok? Apalagi hendak memanggil 100 pengacara. Menurut saya, itu tindakan terbodoh dalam sejarah. Mereka yang bisa dituntut balik karena menghalang-halangi Pemprov untuk bekerja. Itu saja. Tidak lebih tidak kurang.

Sekarang akan semakin lucu lagi. PPP akan memanggil Ahok secara institusi. Tapi untuk apa? Karena gaya Ahok yang seperti itu? Itu namanya kerdil dan sesat cara berpikir. Kalau maksud pemanggilan adalah karena Ahok pernah bilang ada oknum dibalik premanisme dan ‘pemberdayaan’ PKL di Tanah Abang. Bagaimana kalau Ahok bisa buktikan, ya siap-siap ke laut saja DPRD dari PPP itu. Jangan jadi malu sendirilah. Terus juga, kenapa tidak hadirkan pembuktian terbalik…. Buktikan bahwa tidak ada anggoda dewan yang ‘bermain’ di Tanah Abang’ sana. Jangan-jangan gajah di depan hidung tak bisa kalian lihat. Ya untuk apa jadi anggota dewan perwakilan rakyat kalau begitu? Jadi saja anggota dewan perwakilan preman. Beres urusan. Salam pedes! MA.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun