Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terlahir Bahagia

13 Maret 2020   23:03 Diperbarui: 13 Maret 2020   23:01 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kupikir akan lebih baik jika dunia ini selalu melahirkan kebahagiaan. Dipenuhi orang-orang yang bersemangat dan hangat. Bertemu dengan orang-orang yang menciptakan warna warni dalam hidup. Tidak perlu khawatir merasa kesepian ataupun kehilangan.

Kupikir kehidupan ini akan lebih mudah dijalani jika setiap orang memiliki kesempatan untuk merasakan kebahagiaan yang sama. Tidak perlu berlomba-lomba memasang topeng untuk sekedar mendapat banyak pengakuan.

Andai saja semua yang ada di dunia ini dibagi rata, adil, tanpa memihak siapapun. Aku rasa tidak akan ada lagi orang-orang yang merasa bahwa keberadaannya tidak lagi berguna atau merasa iri pada hasil yang diraih orang lain.

Andai saja semua orang di dunia ini mempunyai kesempatan untuk merasakan cinta dan kasih sayang yang sama. Kurasa tidak akan ada lagi orang-orang yang merasa bahwa dirinya tak pernah dicintai. Tak perlu lagi menangisi kepergian orang-orang yang nyatanya membuat kita paling menderita.

Aku selalu memikirkannya. Andai saja dunia mau sedikit saja berbaik hati dan bersikap adil padaku. Mungkin saja aku tak perlu lagi merasakan iri dan benci sedalam ini saat sadar orang-orang yang kucintai justru memilih pergi mencari kebahagiaan lain.

Aku menderita. Kupikir aku adalah satu-satunya orang di dunia ini yang tak pernah benar-benar merasa bahagia. Aku bisa tertawa dan membuat lelucon tidak penting saat bersama orang lain, tapi pada akhirnya itu semua tidak benar-benar bisa menyembuhkan lukaku.

Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jamku untuk menceritakan banyak hal, tapi kurasa tidak ada satupun dari mereka yang benar-benar paham dan peduli tentang apa yang terjadi padaku. Semakin dalam hubunganku dengan seseorang, semakin besar pula hal-hal yang ingin kusembunyikan. Pada akhirnya aku akan tetap sendirian.

Aku merasa kalau dunia ini sangat membenciku. Aku harus merasa kehilangan berkali-kali. Kehilangan mimpi, kepercayaan, jati diri, harapan, dukungan, ketenangan, orang-orang, dan kasih sayang di sekitarku. Pada akhirnya aku akan selalu sendirian. Merasa kesepian setiap saat.

Kadang aku merasa iri pada orang-orang yang selalu terlihat bahagia. Tawa yang terlihat benar-benar tulus dan menebarkan hangat. Orang-orang yang bisa mengeluarkan tawa seperti itu, mereka terlihat berkilauan. Mereka terlihat bersinar saat bersama orang-orang yang mencintai mereka.

Kuharap suatu saat, aku bisa benar-benar tertawa seperti itu. Tawa yang keluar disaat aku benar-benar ingin tertawa, bukan hanya karena ingin membuat orang-orang di sekitarku tertawa.

Aku ingin merasakan rasanya dicintai seperti itu. Yang datang bukan hanya sekedar melontarkan kata-kata klise yang justru terdengar menyebalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun