Mohon tunggu...
Mia Nurkamila
Mia Nurkamila Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

@mianurkamila_

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perlukah Bercerita dan Terbuka kepada Kerabat Dekat?

2 Maret 2021   20:41 Diperbarui: 2 Maret 2021   21:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

    Saat seseorang mengalami masalah atau sedang merasa tertekan, sangat normal jika seseorang mulai menarik diri dan menjadi lebih diam dari biasanya. Umumnya, orang yang mengalami masalah merasa sulit saat harus menyampaikan apa yang dirasakan dan merasa bisa menyelesaikan masalah sendiri.

   Banyak orang yang memilih untuk menyimpan masalahnya dalam-dalam sendirian bahkan hal ini sudah menjadi kebiasaan untuk tidak mengekspresikannya ke luar. Mereka merasa bahwa masalahnya bisa diatasi sendirian saja sehingga mereka sangat tidak membutuhkan keterbukaan atau bercerita. Pada akhirnya, mereka akan memendam emosinya sendiri. Mereka tidak menyadari bahaya memendam emosi dan memilih untuk menutupinya. Padahal, emosi yang dipendam bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi fisik maupun mental, serta tidak jarang memberikan dampak buruk pada hubungan dengan orang lain.

    Memendam emosi adalah suatu kondisi ketika pikiran Anda menghindari, tidak mengakui, atau tidak dapat mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat, baik secara disadari ataupun tidak disadari. Beberapa emosi yang seringkali dipendam antara lain adalah kemarahan, frustrasi, kesedihan, ketakutan, dan kekecewaan. Di sisi lain, menyimpan masalah sendirian tanpa bercerita kepada orang lain adalah hal yang baik. Namun, menyimpan masalah dan menutupinya sendirian lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya. Ketika emosi tidak dikeluarkan, energi negatif hasil dari emosi tidak pergi dari tubuh dan akan tertahan dalam tubuh. Energi negatif yang seharusnya dikeluarkan menjadi tersimpan dalam tubuh dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh, termasuk otak. Berikut ini beberapa bahaya memendam emosi bagi kesehatan:

  • Meningkatkan risiko penyakit dan kematian

   Energi akibat dari emosi merupakan energi yang tidak sehat bagi tubuh. Energi dari emosi yang ditekan bisa menjadi penyebab dari tumor, pengerasan arteri, kaku sendi, serta melemahkan tulang, sehingga hal ini dapat berkembang menjadi kanker, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan membuat tubuh rentan terhadap penyakit.

   Memendam emosi juga membawa pengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Penelitian yang diikuti selama 12 tahun menunjukkan bahwa orang yang sering memendam perasaannya memiliki kemungkinan mati muda setidaknya 3 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang terbiasa mengekspresikan perasaannya. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychosomatic Research ini menemukan bahwa memendam emosi dapat meningkatkan risiko kematian karena penyakit jantung dan juga kanker (Chapman, et al., 2013). Penelitian ini juga turut membuktikan penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara emosi negatif, seperti marah, cemas, dan depresi, dengan pengembangan dari penyakit jantung (Kubzansky dan Kawachi, 2000).

  • Mengakibatkan kecemasan berlebih

   Emosi yang dipendam terus-menerus juga bisa menyebabkan gangguan cemas. Gangguan cemas berkepanjangan mengakibatkan otak memproduksi hormon stres secara berkala. Hal ini pada akhirnya bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik, seperti sakit kepala, mual, muntah, hingga kesulitan bernapas.

  • Mengakibatkan depresi

Emosi negatif yang tidak tersalurkan dengan baik juga dapat mengakibatkan depresi. Jika sudah sampai pada tahap ini, emosi negatif akan berubah menjadi perasaan hampa, putus asa, bahkan perasaan ingin mengakhiri hidup.

  • Menyebabkan berbagai penyakit kronis

   Produksi hormon stres yang tinggi akibat memendam emosi juga bisa meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Jika terjadi dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan Anda berisiko lebih tinggi untuk menderita berbagai penyakit kronis, seperti stroke dan gagal jantung. Selain itu, hormon stres yang tinggi juga dapat mengganggu proses pengiriman sinyal dari otak ke usus, sehingga Anda menjadi rentan terkena gangguan sistem pencernaan, misalnya irritable bowel syndrome.

   Lalu, apakah perlu terbuka dan bercerita kepada orang lain?

Ya. Perlu. Sangat Perlu. Tapi jangan asal-asalan cerita dengan sembarangan orang. Ya tentunya dengan sahabat dekat yang paling dipercaya. Ketika diri sedang merasa emosional, bercerita kepada orang terdekat pasti akan membuat tenang. Kita pasti akan merasa didengarkan ceritanya, dibantu dicarikan jalan keluarnya. Paling tidak kita tidak akan stress dan kebingungan sendirian. Memiliki seorang teman yang baik nyatanya tidak hanya bermanfaat saat butuh tempat curhat, tapi juga bisa membantu menjaga kesehatan mental. Seorang teman yang baik bisa menemani saat merayakan kebahagiaan dan tetap ada untuk mendukung saat menghadapi masalah dan kondisi yang buruk. Selain itu, ada banyak manfaat lain dari bercerita kepada kerabat dekat, diantaranya:

  • Sumber kekuatan dan dukungan

Bercerita juga bisa menjadi sumber kekuatan serta bentuk dukungan bagi masalah yang dihadapi. Walaupun mungkin orang yang mendengar cerita kita tidak begitu mengerti apa yang kita ceritakan, namun setidaknya dengan bercerita akan membuat kita lega. Seseorang memang tidak harus selalu menanggapi dan memberikan solusi atas permasalahan yang kita alami. Biasanya orang yang mendengarkan curhat akan membalas dengan kata-kata semangat. Kata-kata tersebut saja sudah cukup untuk menjadi sumber kekuatan dan sebagai bentuk dukungan bagi seseorang yang telah curhat atau bercerita kepada kita. Dengan begitu, seseorang yang curhat akan termotivasi bahwa kita mampu mengatasi masalah yang kita alami.

  • Memperbaiki Suasana Hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun