Mohon tunggu...
Momang Yusuf
Momang Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Pengajar sains yang terus belajar menulis

Seorang abdi negara di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain menulis tema-tema sosial dan fiksi, saya juga menulis tentang sains khususnya fisika yang saya tuangkan dalam blog pribadi saya: https://edufisika.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Seberapa Berhasil Puasa Ramadan Kita?

29 April 2023   10:29 Diperbarui: 29 April 2023   10:40 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 1 Syawal kemarin, kita telah merayakan 'kemenangan' kita dalam mengendalikan hawa nafsu. Kita semua tentu berharap agar segala amal ibadah kita diterima oleh Allah swt, do'a-do'a mohon ampunan kita diterima oleh Allah swt sehingga di saat fajar 1 Syawal terbit kita telah menjadi seperti manusia yang terlahir kembali. Suci tanpa dosa.

Maka, takbir, tahmid, dan tahlil bertalu-talu kita kumandangkan sebagai pengakuan kita atas keagungan dan ke-Mahabesar-an Allah swt sekaligus rasa syukur kita karena kita telah melewati dan 'menuntaskan' bulan training menundukkan hawa nafsu.

Sekarang, sebenarnya tibalah saat yang paling krusial itu. Yaitu perang melawan hawa nafsu yang sebenarnya. Selama kurang lebih 11 bulan ke depan, kita akan terus diperhadapkan pada aneka macam godaan hawa nafsu, siang-malam, tiap detik selama 24 jam!

Di situlah akan terlihat seberapa tinggi kualitas output yang kita peroleh selama training di bulan Ramadan lalu.

Ujian pertama terhadap raihan kemampuan pengendalian diri kita setelah menjalani 'pelatihan' selama bulan Ramadan adalah puasa di bulan Syawal.

Pada bulan Syawal ini, kita disunahkan untuk melakukan puasa selama 6 hari setelah perayaan idul fitri yang mungkin puncak perayaannya akan berlangsung selama dua hari yaitu sekitar tanggal 1-2 Syawal. Jadi puasa Syawal dapat kita mulai dua hari setelah lebaran.


Bagaimana hal ini bisa menjadi ujian?

Setelah lebaran idul fitri, maka sejak hari itu segala larangan makan-minum di siang hari selama  bulan puasa telah dicabut. Kita bebas makan pada jam berapa pun. Maka pada hari lebaran itu kita mungkin akan makan tiap beberapa jam. Saat berkunjung ke rumah kerabat, dijamu makanan, kita tentu akan memenuhi jamuannya. Berpindah ke kerabat lain, diberi jamuan makanan lagi. Makan lagi dan seterusnya sampai batas kemampuan perut. Itu wajar saja. Tidak ada larangan.

Nah, di tengah-tengah kemerdekaan makan-minum pada jam berapa pun itu, tiba-tiba ada anjuran untuk berpuasa selama enam hari. Apakah kita mampu mengendalikan diri kita kembali?

Mengendalikan diri untuk kembali menahan nafsu: lapar, haus, marah, kebutuhan biologis, di tengah kebebasan untuk melakukan itu semua?

Godaan hawa nafsu akan lebih kuat lagi ketika menjalani puasa sunah ini karena lingkungan tidak lagi dalam kondisi yang mendukung puasa kita. Kita boleh jadi sedang berpuasa sementara keluarga kita tidak melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun