Komitmen merupakan janji atas suatu hal yang membutuhkan konsistensi dalam segala hal yang menjadi kesepakatan bersama. Komitmen muncul atas kesadaran dari dua orang yang memiliki satu tujuan bersama. Ia tak akan bertahan bila didalamnya terdapat ego pribadi serta tekanan dari salah satu pihak.Â
Cinta pun membutuhkan komitmen. Saat ijab qabul di ucapkan, maka komitmen tercatat di dalamnya. Setiap hak dan kewajiban akan tertera dalam ikatan cinta. Oleh karenanya cita hanya dalam muncul saat terdapat ikatan didalamnya. Walau banyak persepsi bahwa cinta hanyalah rasa tanpa komitmen, maka muncul kerusakan dan pertentangan di dalamnya.Â
Cinta tanpa komitmen yang biasa terdapat dalam hal pacaran, hanya menjadi ajang main-main tanpa tanggungjawab. Komitmen masih merupakan wacana di awang-awang. Hak dan kewajiban bersifat abstrak dan tak dapat di minta realisasinya. Akhirnya cinta yang seharusnya merupakan anugrah besar dengan berbagai rahmat tercoreng menjadi rasa yang penuh dengan hal buruk di dalamnya.Â
Sebut saja masalah zina di luar nikah, perselingkuhan walau belum resmi menikah, tinggal serumah tanpa status yang jelas dan pada akhirnya setiap cinta yang disematkan didalamnya hanya menambah daftar para korban penyelewengan komitmen. Tak sedikit wanita menjadi korban didalamnya. Yang menanggung malu, aib bahkan tak kurang nyawa hanya disebabkan cinta tanpa komitmen.Â
Saat ini, pengembalian marwah cinta kembali kepada fitrahnya perlu dilakukan. Agar tak ada lagi penyelewengan makna cinta yang dilakukan oleh para pelaku pacaran dengan mengedepankan kebebasan untuk ekspresi ataupun kebebasan dalam hidup. Sungguh cinta bukanlah cinta jika tak ada komitmen didalamnya. Ia hanyalah rasa semua bisikan iblis yang akan merenggut masa depan bahkan segala rahmat yang Tuhan telah berikan kepada setiap insan. Mari kembalikan makna cinta kepada janji komitmen bersama yang terikat dalam tanggung jawab berumah tangga.Â