Mohon tunggu...
MG Salim
MG Salim Mohon Tunggu... -

Nelayan amatir. Twitter @eginrose

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mensyukuri Nikmat Dalam Perspektif Konservasi

27 Juli 2018   18:54 Diperbarui: 27 Juli 2018   18:58 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Nikmat merupakan kata serapan dari bahasa arab yang secara etimologis dapat berarti segala kebaikan, rasa senang, dan dapat juga berarti pemberian atau karunia dari Allah SWT. 

Nikmat yang  Allah SWT berikan ditujukan untuk semua makhluknya tanpa terkecuali. Setiap hal yang Allah SWT berikan untuk kebaikan makhluknya merupakan nikmat dan saling terhubung satu dengan yang lainnya. 

Tidak terkecuali interaksi antar makhluk pun merupakan sebuah nikmat yang Allah berikan. Sehingga mustahil kiranya kita dapat menghitung dengan pasti berapa nikmat yang telah Allah SWT berikan untuk kita. Allah SWT berfirman:   

Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (an-Nahl/16: 18)

Luasnya nikmat yang Allah SWT berikan sering kali membuat kita tidak tersadar bahwa sesuatu itu adalah bagian dari nikmat Allah SWT. Nikmat yang kita rasakan sering kali merupakan hasil konversi nikmat lain yang Allah SWT berikan kepada makhluk lainnya. 

Contoh sederhana adalah udara yang kita hirup selama 24 jam, mungkin saja Allah SWT memberikan udara yang layak untuk kita hirup dengan terbatas, namun Allah SWT  dengan segala keagungannya membuat suatu mekanisme dengan menempatkan satu makhluknya yang dapat melakukan proses fotosintesis demi menjaga jumlah udara yang layak hirup stabil. Makhlu hidup tersebut secara langsung juga mendapatkan tempatnya sebagai nikmat yang Allah SWT  berikan untuk kita sebagai manusia. 

Hal tersebut menjadi indikator sederhana bahwa lingkungan dan seluruh makhluk hidup yang berinteraksi secara simultan saling memberi manfaat dan meneruskan nikmat yang telah Allah SWT  berikan. 

Suatu sistem yang sangat ideal yang telah Allah SWT bangun. Lalu muncul pertanyaan yang cukup besar adalah "Bagaimana menjaga ritme keseimbangan nikmat yang telah Allah SWT berikan?". Sebuah tanda tanya besar dan tanggung jawab yang besar bagi uang menerimanya. Allah SWT berfirman:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (al-Baqarah/2: 30)

Ayat diatas seakan menjawab pertanyaan besar tesebut. Sebagai khalifah, manusia mempunyai peran strategis dalam mengatur ritme dan keserasian nikmat yang telah Allah  SWT berikan. Hal yang pantas untuk menyikapi nikmat yang Allah SWT berikan adalah dengan bersyukur.

Bersyukur merupakan sikap yang esesnsial dalam menyikapi nikmat Allah SWT. Sehingga bersyukur merupakan kewajiban bagi semua makhluk. Allah SWT menegaskan posisi bersyukur yang setara dengan ingat kepadaNya (dzikrullah).  Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 152: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun