Mohon tunggu...
Money

Pentingnya Literasi Keuangan dalam Mencegah Dampak Buruk Perilaku Belanja yang Impulsif

25 Mei 2016   13:23 Diperbarui: 25 Mei 2016   13:36 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image source: notable.ca

Researchers agree that impulse buying occurs when an individual makes unintended, unreflective, and immediate purchase. (Jones et. al 2003, Journal or Business Research)

Pernahkah Anda merasa bersalah setelah belanja sesuatu?

Kita semua pernah mengalaminya, paling tidak sekali seumur hidup. Itulah perasaan yang kerap muncul ketika kita membeli barang secara impulsif. Melakukan hal tersebut sekali adalah hal yang wajar di era ini, di era dimana segala hal serba praktis. Akan tetapi, jika kita terus-menerus melakukannya, secara tidak sadar kita akan membangun kebiasaan yang tidak baik yang dapat menjadi ancaman bagi keseimbangan finansial seluruh keluarga. Hal ini bukanlah pernyataan yang berlebihan karena kehancuran finansial dapat terjadi hanya dengan Anda membiasakan diri hidup dengan gaya belanja dan gaya hidup yang salah.

 Sering kali gaya belanja yang salah diawali dengan kebiasaan melakukan pembelian secara impulsif. Tidak terencana, dilakukan dengan cepat, dan tanpa pertimbangan yang matang. Kenyataanya, perilaku konsumsi seperti ini bukanlah hal yang jarang ditemukan, -hampir semua orang terbiasa melakukannya- karena adanya produk-produk finansial seperti kartu debit ataupun kartu kredit yang dapat dengan mudah memperluas kapasitas finansial seseorang. 

Sayangnya perluasan kapasitas finansial ini bukanlah serta merta merupakan kebebasan finansial, karena pada kenyataanya, kartu kredit hanya meningkatkan daya beli tetapi tidak semua peningkatan daya beli berbanding lurus dengan kemampuan bayar (daya bayar) pengguna. Berapa banyak individu yang terjebak dalam lilitan hutang kartu kredit karena terjebak dalam imajinasi kapasitas finansial semu yang ditawarkan oleh kartu kredit? Tidak sedikit.

Di era perputaran roda ekonomi yang semakin cepat ini, kebutuhan demi kebutuhan akan terus tercipta karena masyarakat Indonesia tengah masuk ke dalam gaya hidup yang semakin konsumtif dimana batasan antara keinginan dan kebutuhan semakin pudar. Sayangnya, saat ini produk finansial yang populer hanya dapat meningkatkan kepraktisan dan daya beli seseorang tanpa memberikan mereka jeda untuk mempertimbangkan daya bayar mereka. Kepemilikan kartu kredit pun sekarang semakin mudah, padahal tidak semua pemilik kartu kredit itu melek pengetahuan finansial dan memiliki kecerdasan emosional yang baik. Yang terjadi adalah, kepemilikan kartu kredit hanya mempercepat dan memperbanyak perilaku belanja impulsif yang cenderung merusak tatanan finansial individu. Jika masyarakat Indonesia hanya memiliki produk finansial tanpa literasi keuangan yang matang, hal ini akan menjadi bumerang tersendiri bagi para individu yang bahkan dampaknya dapat tereskalasi ke kesehatan perekonomian Indonesia. 

Mendefinisi Ulang Arti Kepraktisan dalam Pembiayaan: Peran Fasilitator Keuangan sebagai Solusi

Sebagaimana yang telah dijabarkan di atas, akar dari permasalahan finansial adalah gaya belanja yang impulsif. Oleh karena itu, inovasi produk finansial perlu diberlakukan agar produk finansial itu dapat tepat guna bukan malah menjadi senjata makan tuan. Home Credit Indonesia memiliki inovasi yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia. Dengan memiliki "cooling-off period" dalam prosedur pembiayaan finansial mereka, cakupan layanan finansialnya tidak hanya memperluas kapasitas finansial pengguna, tetapi juga membantu pengguna untuk belanja dengan smart karena dalam produk finansial mereka, mereka menyediakan layanan konsultasi sehingga para pengguna/calon debitur dapat mempertimbangkan manfaat barang yang akan dikonsumsi dan merefleksikan daya bayar mereka sebelum akhirnya melakukan pembelanjaan. Inovasi sistem pembiayaan ini dibarengi juga dengan pengedukasian masyarakat mengenai manajemen keuangan dan penilaian mengenai daya beli mereka. Berbeda dengan sistem pembiayaan finansial tradisional, proses yang dibutuhkan bagi Home Credit Indonesia untuk memproses segala sesuatu yang diperlukan tergolong singkat karena mereka sendiri sudah siap sedia di berbagai toko untuk membantu proses pembiayaan di tempat. Dengan mengusung sistem seperti ini, Home Credit Indonesia juga turut membantu masyarakat di Indonesia menjadi konsumen yang bertanggung jawab secara finansial. Oleh karena itu, layanan pembiayaan yang ditawarkan oleh Home Credit indonesia adalah hal yang layak dipertimbangkan untuk menjadi solusi pembiayaan multiguna Anda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun