Mohon tunggu...
M ferdy kurnia H
M ferdy kurnia H Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang mahasiswa prodi pai semester 5

seorang pemuda yang haus akan ilmu dan masih fakir dalam ilmu

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Apakah Debat Hanya Sekadar Sebagai Seremoni Pesta Demokrasi Saja?

10 Januari 2024   21:50 Diperbarui: 10 Januari 2024   22:42 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Selain pengambilan bola, waktu yang dihabiskan moderator menenangkan para suporter juga jauh lebih lama daripada waktu kandidat menanggapi pertanyaan. "Ini serius Komisi Pemilihan Umum enggak punya niat mengevaluasi dan merombak format debat capres-cawapres? format debat capres-cawapres yang dibuat KPU saat ini sangat tidak ideal. Hanya pengembangan sedikit dari pola lama yang pernah dipakai Pemilu 2004. "Ketika debat pertama kali diterapkan kan masih ada pro-kontra, dianggap bukan budaya Indonesia, penolakan kandidat, dan lainnya.

Saat ini, publik semakin terbiasa dengan debat dan adu gagasan. Menurutsayaformat debat yang diusung KPU semestinya bisa memfasilitasi kebutuhan publik untuk mendapatkan gambaran mengenai gagasan, visi misi program.Selain itu kemampuan capres-cawapres mengkomunikasikan gagasan, serta meyakinkan publik mengenai gagasannya. Ruang adu gagasan antarkandidat itu harus dibuka, sehingga publik bisa melihat dan menilai para calon, Tujuan debat publik seharusnya demikian.

Adapun debat ketiga Pilpres 2024 digelar di Istora, Senayan, Jakarta Pusat, pada Ahad, 7 Januari 2024. Adu gagasan ini melibatkan Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. Pasangan mereka adalah Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud Md.

Debat yang dilakukan saat ini masih menekankan pada formalitas dan seremoni. Kurang substantif dan efektif dalam beberapa hal. Pertama, mereduksi peran panelis saat debat. Seharusnya pertanyaan disampaikan langsung oleh panelis.

Kedua, pengaturan waktu sangat kaku. Tidak memberi ruang untuk eksplorasi gagasan. Ketiga, keberadaan tim sukses dan suporter yang justru mengganggu jalannya debat. Yang harus diundang itu para akademisi, tokoh masyarakat, aktivis atau arganisasi pegiat isu-isu yang dijadikan tema debat.

Keempat, tema debat capres maupun debat cawapres terlalu luas dan banyak. Dia juga mempertanyakan keseriusan KPU dalam menggelar debat. Apakah KPU serius menjadikan debat sebagai sarana kampanye edukatif dan substantif buat pemilih? Atau cuma sekadar menjadikan debat sebagai bagian dari seremoni pesta demokrasi?

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun