Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan menyaksikan langsung tradisi Bersih Desa di Karanganyar tepatnya berada di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
Meski kita hidup di era serba digital dan modern, ternyata masih ada ruang bagi masyarakat untuk menjaga kearifan lokal yang penuh nilai dan makna spiritual.
Tradisi ini bukan sekadar upacara adat, melainkan cerminan rasa syukur dan kebersamaan warga desa yang tetap bertahan dari masa ke masa.
Makna di Balik Tradisi yang Terus Hidup
Bersih Desa di Ngringo dilaksanakan setiap bulan Safar, tepat pada hari Kamis Wage sesuai penanggalan Jawa.
Bagi masyarakat setempat, hari itu bukan sekadar penanda waktu di kalender, melainkan momen istimewa untuk memanjatkan rasa syukur dan doa keselamatan bagi seluruh warga desa.
Tradisi ini dipercaya membawa ketenangan dan menjauhkan dari berbagai mara bahaya, sekaligus mempererat tali persaudaraan antar warga desa.
Saat melihat para pemuda dan bapak-bapak saling bantu menyiapkan acara, saya nggak tahu kenapa rasanya adem saja. Melihat suasana yang guyub rukun, semua orang benar-benar menikmati momen itu.Â
Semangat mereka mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta — sesuatu yang kini mulai jarang kita temui di tengah kehidupan modern.
Suasana Sore yang Penuh Kehangatan
Menjelang sore, tepat setelah salat Asar, warga mulai berdatangan ke Sendang. Acara ini hanya diikuti oleh bapak-bapak dan pemuda karang taruna saja.