Mohon tunggu...
Muhamad Fakkarz
Muhamad Fakkarz Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (NIM 24107030138)

mendaki

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kisah Sukses Mavia Gedang: Mahasiswa Ini Ubah Pisang Goreng Biasa Jadi Luar Biasa

11 Juni 2025   22:00 Diperbarui: 11 Juni 2025   22:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto produk mavia gedang (sumber:dokumentasi Pribadi)

Di tengah geliat ekonomi kreatif, khususnya sektor UMKM kuliner di Klaten, sebuah nama baru telah mencuat dan dengan cepat menancapkan popularitasnya: Mavia Gedang. Kisah suksesnya bukan tentang strategi pemasaran yang rumit atau modal raksasa, melainkan kesederhanaan yang dibalut inovasi. Mavia Gedang hadir dengan satu menu andalan: pisang goreng. Namun, jangan keliru, ini bukan pisang goreng biasa yang sering kita jumpai. Ini adalah pisang goreng yang punya cerita, aroma, dan cita rasa tersendiri.

Di balik Mavia Gedang yang kini viral, ada sosok mahasiswa muda bernama Zaki. Kisahnya dimulai dari sebuah ide sederhana. Zaki, yang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, melihat potensi besar pada pisang goreng, kudapan favorit banyak orang. Ia menyadari, untuk bisa bersaing, pisang gorengnya harus punya keunikan. Bukan sekadar menggoreng pisang, melainkan menciptakan pengalaman kuliner yang berbeda, yang membuat setiap pembeli ingin kembali lagi dan lagi. Kunci utamanya? Racikan tepung rahasia sang owner sendiri.

Racikan tepung inilah yang menjadi pembeda fundamental Mavia Gedang dari pisang goreng lain. Proses penggorengan dengan tepung spesial ini menghasilkan aroma khas yang semerbak dan sungguh menggoda selera. Aroma ini seolah menjadi magnet, menarik siapa pun yang melintas untuk mendekat dan mencicipi. Belum lagi, pisang goreng renyah ini kemudian disiram dengan topping gula aren cair yang manisnya pas, meresap sempurna ke setiap sudut pisang. Kombinasi aroma tepung yang unik dan manisnya gula aren yang legit inilah yang menciptakan harmoni rasa istimewa, membuat Mavia Gedang begitu melekat di ingatan dan lidah para penikmatnya.

foto waktu jualan (sumber:dokumentasi pribadi)
foto waktu jualan (sumber:dokumentasi pribadi)

Lebih dari sekadar rasa dan aroma, Mavia Gedang juga tampil beda dalam hal penyajian. Di tengah dominasi kemasan styrofoam yang praktis namun seringkali menjadi sorotan karena isu lingkungan, Mavia Gedang memilih untuk menggunakan besek atau anyaman bambu sebagai wadah kemasannya. Pilihan ini bukan hanya menambah nilai estetika tradisional dan homey, tapi juga menciptakan ciri khas tersendiri yang kuat. Kemasan besek ini seolah mengirimkan pesan bahwa Mavia Gedang adalah sajian yang dibuat dengan hati, otentisitas, dan sentuhan kearifan lokal, berbeda dari yang lain. Hal ini tentu menarik perhatian pelanggan yang mencari pengalaman kuliner yang unik sekaligus peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.

Aspek harga juga menjadi salah satu daya tarik utama Mavia Gedang. Dengan Rp 12.000 saja per porsi, pembeli sudah mendapatkan pisang goreng dalam jumlah yang cukup banyak, bahkan membuat kenyang. Ini adalah nilai lebih yang signifikan, terutama bagi kalangan mahasiswa dan pekerja muda yang mencari kudapan berkualitas dengan harga terjangkau. Harga yang ramah di kantong dengan kualitas dan kuantitas yang memuaskan membuat Mavia Gedang cepat populer dan menjadi pilihan favorit untuk camilan sore atau pengganjal lapar malam hari.

Meskipun baru berdiri sekitar 3 bulan lalu, Mavia Gedang sudah menorehkan pencapaian yang mengagumkan. Cabang pertama yang dimiliki Bang Zaki di Klaten ini telah menunjukkan omset harian yang terbilang besar untuk ukuran UMKM yang baru seumur jagung. Kisah ini makin inspiratif karena ternyata pemilik Mavia Gedang sendiri adalah seorang mahasiswa yang harus membagi waktu dan energi antara bangku kuliah di Yogyakarta dengan mengelola bisnisnya di Klaten. Ini adalah bukti nyata bahwa semangat kewirausahaan, kreativitas, dan keberanian mengambil risiko tidak mengenal usia atau status, bahkan di tengah tuntutan akademis yang padat.

Mavia Gedang biasanya mulai membuka lapaknya dari jam 4 sore hingga 10 malam. Waktu operasional yang strategis ini memungkinkan Mavia Gedang menjangkau berbagai segmen pembeli, mulai dari mereka yang mencari camilan manis setelah beraktivitas hingga kudapan ringan untuk menemani malam. Antusiasme pembeli yang terus meningkat dan word-of-mouth yang positif menunjukkan bahwa Mavia Gedang bukan hanya sekadar tren sesaat, melainkan bisnis dengan fondasi kuat dan potensi jangka panjang yang menjanjikan.

Keberhasilan Mavia Gedang adalah cerminan sempurna dari inovasi pada hal-hal yang sering dianggap biasa. Dengan sentuhan personal melalui racikan tepung rahasia yang unik, topping gula aren yang memikat, dan kemasan tradisional yang berkarakter, Zaki berhasil mengubah pisang goreng sederhana menjadi sebuah brand yang kuat dan digemari. Mavia Gedang bukan hanya tentang lezatnya pisang goreng, tapi juga tentang cerita seorang mahasiswa yang berani berinovasi, berani tampil beda, dan berhasil menciptakan jejak manis di dunia kuliner UMKM. Ini adalah inspirasi berharga bagi siapa saja yang memiliki mimpi untuk memulai usaha, bahwa dengan kreativitas, ketekunan, dan kejelian melihat peluang, kesuksesan bisa diraih bahkan dari ide sesederhana pisang goreng, sembari tetap menyeimbangkan pendidikan dan ambisi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun