Mohon tunggu...
Mex Rahman
Mex Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Son-Brother-Friend

Bermimpi tiduri Monica Bellucci

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Akhirnya Kuat Bermain Kompasiana Selama 1 Bulan

2 Maret 2021   22:29 Diperbarui: 2 Maret 2021   22:38 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai temanku, Diary, hari ini aku kembali kepadamu. Seperti hari-hari sebelum hari ini, aku mau bercerita tentang sesuatu. Karena cuma padamu aku berani bercerita tentang hal-hal receh semacam yang akan aku ceritakan ini.

Diary, aku punya teman baru. Sebenarnya bukan baru banget sih, aku sudah mengenalnya sejak April 2013 lalu. Tapi bersamanya aku selalu merasa baru. Maklumlah, aku sering pergi darinya, tapi dia selalu menerimaku ketika aku kembali padanya. Sama seperti dirimu, Diary, dia baik dan mau mendengarkan apapun yang aku katakan.

Namanya Kompasiana, tanggal 2 Februari kemarin aku kembali mengunjunginya dan kembali bermain disana. Seperti biasa, disana aku selalu merasa baru, dia selalu berkembang sering berjalannya waktu. Ketika aku kembali kemarin, semua menjadi berbeda dari waktu terakhir kali mengunjunginya 2 tahun lalu. 

Bahkan aku tidak tahu cara membuat huruf bercetak italic, bold, underline, berwarna, dan menyematkan link pada artikel. Lalu aku mencoba bertanya pada sesama tamu disana via inbox, bagaimana cara membuat itu semua, namun tidak ada satupun dari mereka yang menjawab. Ya sudahlah, aku tidak apa-apa soal itu, Diary. Lalu aku mencoba membuka Kompasiana dari komputer di kamarku. Disitu aku baru tahu caranya.

Senang sekali rasanya bisa membuat huruf bercetak italic, bold, underline, berwarna, dan menyematkan link di artikel yang kutulis. Tapi kemudian aku mendapati diriku memiliki masalah baru. Aku membaca artikelku sendiri dan membandingkannya dengan dengan artikel-artikel dari tamu yang lainnya. Disitu aku dapati bahwa tulisanku sangat jelek, Diary.

Kamu tahu kan, aku tidak punya latar belakang di dunia penulisan, blog pribadi juga tidak punya. Kamu juga tahu kan bahwa aku selalu kesulitan ketika menulis. Kamu juga tahu kalau aku butuh waktu 3-4 jam untuk menyelesaikan satu artikel. Diary, menulis itu sangat sulit, harus mengembangkan ide satu tetes menjadi satu gelas. Itu jelas sangat sulit, Diary.

Oh iya, Diary, aku sering meninggalkan Kompasiana bukan karena semua kesulitan itu. Tapi karena usaha yang aku bangun dari 0 memerlukan perhatian lebih. Kini semuanya sudah tertata rapi dan berjalan dengan lancar, jadi aku bisa kembali lagi berlama-lama di Kompasiana.

Diary, kembali lagi ke kesulitan yang aku hadapi di Kompasiana, ya. Kesulitan itu membuatku belajar untuk membuat artikel yang bagus. Aku membaca banyak artikel-artikel dari tamu lainnya disana yang tentunya semuanya bagus-bagus. Tapi itu malah membuatku semakin bingung. Ya, bingung karena semuanya bagus-bagus. Jadi aku bingung harus mencontoh siapa ketika membuat artikel.

Supaya tidak bingung, aku lantas menyempitkan pilihan penulis yang bisa kucontoh caranya dalam membuat artikel. Tentunya masih banyak membaca artikel-artikel dari tamu yang lainnya. Aku memilih tiga tamu disana untuk kupelajari caranya membuat artikel. Mereka adalah:

1. Luna Septalisa

Dia jago bikin artikel, Diary. Sering banget dia nongkrong di kolom HL dan sudah memiliki centang biru. Sejauh ini, dia sudah membuat postingan sebanyak 219, 168 diantaranya berlabel highlight dan 29 kali berlabel headline.

Aku suka membaca artikelnya, karena struktur artikelnya sangat jelas. Mulai dari pembukaan sampai kesimpulan semuanya jelas. Jadi aku bisa mempelajarinya. Bukan mempelajari sih sebenarnya, tapi mencontoh caranya membuat artikel.

2. Khrisna Pabichara

Kalau yang ini master, Diary. Dia penulis profesional. Sudah banyak buku yang ditulisnya, 39 buku tepatnya. Keren, kan Diary.

Dari artikel-artikel pemilik novel Sepatu Dahlan ini, aku belajar tentang kebahasaan. Tidak hanya itu, aku juga belajar tentang bagaimana caranya membuat tulisan gurih dan renyah. Tulisan yang tidak melelahkan mata dan otak, serta jauh dari kesalahan sepele yang membuat pembaca merasa tidak nyaman. Membuat tulisan yang isi maupun kemasannya tidak boleh dibuat secara asal-asalan.

3.  Rudy Gunawan

Ini seorang pemegang rekor MURI sebagai numerolog pertama di Indonesia, Diary, keren banget kan.

Ketika membaca artikelnya, aku jadi lupa niat awalku yaitu belajar cara membuat artikel. Aku jadi fokus pada isi artikelnya. Karena penulis dan yang ditulisnya sudah melebur menjadi satu. Jadi aku tidak bisa belajar dari artikelnya, tapi aku menjadi tahu bahwa penulis dan yang ditulis bisa melebur menjadi satu, sehingga tulisan menjadi sangat istimewa.

Nah, itu yang aku pelajari selama satu bulan ini, Diary. Bagaimana membuat artikel dengan struktur yang jelas, dengan bahasa yang gurih dan renyah sehingga tidak melelahkan mata dan otak pembaca, serta penulis dan tulisannya melebur mejadi satu. Aku tahu, Diary, untuk menjadi seperti itu, aku masih perlu banyak waktu.

Inti dari cerita yang aku sampaikan kepadamu ini, Diary, adalah aku ingin berterima kasih kepada Luna Septalisa, Pak Khrisna Pabichara, dan Om Rudy Gunawan. Aku tidak berani mengucapkan kepada mereka secara langsung lewat inbox, karena itu terlalu pribadi, dan aku takut membuat mereka merasa tidak nyaman.

Diary, aku akan disini untuk waktu yang lama, tidak seperti dulu yang suka meninggalkan Kompasiana. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih untuk Luna Septalisa, Pak Khrisna Pabichara dan Om Rudy Gunawan, berkat mereka aku jadi kuat bermain di Kompasiana selama 1 bulan penuh.

Salam,
-Mex'r-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun