Semakin banyak anak muda melirik kripto sebagai instrumen investasi baru. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai langkah ini bagus karena menunjukkan keberanian Gen Z dalam mengelola aset.Â
Namun, ia mengingatkan bahwa kripto bukan sekadar tren yang bisa diikuti tanpa pengetahuan yang cukup. Purbaya menekankan pentingnya memahami teori dasar serta analisis teknikal sebelum benar-benar menaruh dana di aset digital.Â
Menurutnya, kripto cenderung cocok untuk strategi jangka pendek, sementara untuk jangka panjang, investor harus memperhatikan kondisi makroekonomi global, terutama kebijakan Amerika Serikat yang sangat memengaruhi pergerakan market.
Ramainya Pembicaraan Kripto dan Pajak Kripto di Indonesia
Minat Gen Z terhadap kripto juga terlihat dari meningkatnya diskusi di media sosial sepanjang 2024. Setiap platform punya karakteristik berbeda: Instagram sering dipakai berbagi tips cepat, X jadi ruang edukasi soal memecoin dan airdrop, YouTube berisi konten analisis panjang, sedangkan TikTok cenderung menghadirkan update market yang singkat dan padat.
Fenomena ini menunjukkan kripto sudah masuk ke arus utama percakapan digital. Media sosial kini jadi pintu masuk utama anak muda untuk belajar sekaligus membentuk pola pikir tentang investasi.
Dari sisi regulasi, kontribusi pajak kripto terus meningkat. Hingga Agustus 2025, penerimaan pajak kripto mencapai Rp1,61 triliun, naik tipis dari bulan sebelumnya Rp1,55 triliun. Angka ini menyumbang hampir 4% dari total pajak ekonomi digital yang mencapai Rp41,09 triliun, terdiri dari PPh 22 senilai Rp770,42 miliar dan PPN Dalam Negeri sebesar Rp840,08 miliar.
Bitcoin Sebagai Aset Penting
Selain peringatan dari Menkeu, ada juga saran dari trader senior Peter Brandt. Ia menyebut bahwa Gen Z sebaiknya mengalokasikan portofolionya secara seimbang: 10% untuk Bitcoin, 20% ke real estate, dan 70% ke saham SPY.
Menurut Brandt, Bitcoin bisa menjadi lindung nilai ketika inflasi meningkat atau nilai mata uang fiat melemah. Ia bahkan menyebut Bitcoin sebagai satu-satunya aset digital yang layak masuk portofolio jangka panjang.
Sementara itu, real estate dianggap memberi kestabilan tambahan karena tahan terhadap inflasi, dan saham tetap jadi penopang utama portofolio. Kombinasi ini dinilai bisa membantu investor muda menghadapi risiko market yang tinggi, sambil tetap menjaga peluang pertumbuhan aset mereka.
Cari tahu lebih lengkap dan download aplikasi MEXC disini.