Mohon tunggu...
Meutia Santika
Meutia Santika Mohon Tunggu... -

Workaholicgirl.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lunturnya Nilai Kesundaan

30 November 2013   00:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:30 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak program diluncurkan pemerintah daerah untuk menguatkan kebudayaan lokal. Mulai dari diterapkannya program Rabu berbahasa sunda atau dikenal Rebo Nyunda, hingga penggunaan pakaian khas sunda. BahkanBadanMusyawarah Masyarakat SundaJawa Barat memintaDinasPendidikanJabaruntukmeningkatkan kurikulum muatan lokal bahasaSundamenjadi mulok budayaSunda. Ini diperkuat dengan kondisi semakin memudarnya budayaSunda.

Seorang Budayawan, Hawe Setiawan memaparkan, secara umum ada 3 kelompok budaya diantaranya budaya yang masih tersisa atau resibioculture, budaya yang masih dominan atau dominan culture (hidup dan mempengaruhi banyak kalangan), dan budaya yang sedang tumbuh atau energizing culture.

Dia memandang permasalahan ini dari dua sisi. “Satu sisi selalu merasakan kehawatiran bakal punahnya aspek aspek kebudayaan sunda, tentu banyak alasan, misalnya kita sudah kehilangan carita pantun. Bahkan kita berada didalam jurang ketidaktahuan.”tuturnya kepada PRFM. Pemerintah, kata Hawe, dalam hal ini provinsi Jawa Barat dan kota Bandung belum memiliki rencana induk untuk pengembangan budaya.

Dosen dari Institut Teknologi Bandung ini pun merasa ada kesuraman pandangan terhadap kebudayaan sunda. Meski demikian, dirinya optimis budaya sunda akan tetap terjaga. Pasalnya, belakangan ini banyak generasi muda yang lebih ekspresif terhadap budaya lokal sunda.Banyak sekali ekspresi budaya termasuk dikalangan pemuda di perkotaan yang menunjukan minat yang tumbuh terhadap nilaibudaya sunda. Sebut misalnya kelompok musik underground dari Ujungberung Rebel ya," tuturnya.

Menurunnya nilai-nilai kesundaan merupakan salah satu faktor dari kebijakan pemerintah yang salah. Hal itu diutarakan Rektor Universitas Padjadjaran, Prof Ganjar Kurnia. Namun Anggota Komisi D DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan menyatakan sudah ada upaya revitalisasi yang dilakukan pemerintah, khususnya kota Bandung.

“Bahkan pada masa kepemimpinan Dada Rosada sudah dilakukan, cukup positif, salah satunya program Bandung Seni Budaya menjadi prioritas. Saat ini pun sudah ada penguatan terhadap program tersebut yang dilakukan oleh Ridwan Kamil.” Paparnya kepada PRFM

Diakui Tedy memang belum ada kebijakan pengembangan budaya secara umum. Pasalnya, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sedang dalam penyusunan. Hal yang menjadi prioritas Pemkot Bandung dan DPRD Kota Bandung kedepan adalah kearifan lokal budaya. Lima tahun kedepan diharapkan perilaku dasar kesundaan akan kembali muncul, keramahan sosial akan bersinergis dengan pemahaman keagamaan sehingga lahir perilaku kesundaan yang lebih unggul.

Langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk melestarikan budaya sunda?. Ketua Umum Paguyuban Sundawani Wirabuana, Robby Maulana Dzulkarnaen menuturkan hal pertama yang harus dilakukan adalah menghidupkankembali bahasa sunda. “Kalau hilang bahasa, akan hilang budaya.” Ungkapnya. Dengan melestarikan bahasa, maka akan mempengaruhi keutuhan daerah. Namun yang paling penting adalah pembentukan karakter budaya.

Tidak perlu bergantung pada pemerintah tapi bagaimana masyarakat bisa mencetuskan ide ide kreatif mempertahankan budaya sunda.

*tulisan ini sudah dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 2 Desember 2013 Hal 29

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun