Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Gas Melon si Genit Imut yang Ngalahin Isu Pilpres

25 Oktober 2023   22:25 Diperbarui: 25 Oktober 2023   22:36 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Suplay gas melon di pangkalan (Foto: Siawanto Azis/Telisik) 

Belakangan ini isu hangat yang ramai menjadi perbincangan publik, baik itu perbincangan warung kopi maupun perbincangan di dunia maya terutama di grup-grup whatsapp up tentu saja seputaran pencalonan capres-cawapres.

Mulai dari kejutan berpasangannya Anies Baswedan yang menggandeng Muhaimin Iskandar dengan dukungan koalisi perubahan, lalu munculnya pasangan yang adem ayem Ganjar Pranowo - Mahfud MD  hingga kehebohan Prabowo yang pada akhirnya sepakat dengan partai-partai yang tergabung dalam koalisi besar Indonesia maju untuk menggandeng anak bau kencur dalam pentas politik Indonesia Gibran Rakabuming sebagai calon wakilnya.

Namun, ternyata di kota Kendari hangatnya perbincangan capres-cawapres itu bisa ditenggelamkan oleh isu sepele, yakni terjadinya kelangkaan gas elpiji 3 kg yang sudah sejak seminggu belakangan ini terjadi di kota Kendari.

Meski sebenarnya kelangkaan ini merupakan masalah lokal yakni terbakarnya salah satu dari 3 Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) di Sulawesi Tenggara (SPPBE di Kabupaten Konawe) serta kabarnya  satu SPPBE lainnya yang di Kabupaten Kolaka tidak beroperasi maksimal, sehingga hanya SPPBE yang ada di kota Kendari saja yang menangani kebutuhan 8 kabupaten/kota yang ada di wilayah daratan Sulawesi Tenggara.

Kondisi ini tentu saja sangat mengganggu kelancaran pasokan elpiji ke masyarakat. Sebagaimana dengan hal umum yang pasti terjadi saat ada kelangkaan, sesuai dengan hukum pasar semakin langka sebuah barang maka semakin mahal harga. Betapa tidak gas Melon 3 kg yang harga ecerannya di pangkalan 18 ribu dan di tingkat pengecer 22 ribu, di awal terjadinya kelangkaan masih dijual di pengecer 35 - 40 ribu per tabung, sekarang sudah mencapai harga 75 ribu hingga 100 ribu.

Kelangkaan yang terjadi pada salah satu barang yang menjadi kebutuhan pokok sehari-hari, seperti beras dan juga gas elpiji selalu saja membuat banyak orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Distribusi gas ke pangkalan langsung ludes dalam sekejap, tidak dalam hitungan jam, hanya sekian menit saja puluhan sampai ratusan tabung sudah habis.

Dan sebagian besar yang menghabiskan stok elpiji bukan pembeli rumah tangga yang hanya memiliki 1 atau 2 tabung gas saja, tetapi para pedagang spekulan yang memiliki banyak stok tabung dan biasanya sudah 'bermain' dengan pemilik pangkalan gas.

Memang efek dari kelangkaan gas elpiji 3 kg ini sangat terasa di masyarakat, bukan hanya ibu-ibu rumah tangga yang kalang kabut mencari gas demi mengasapi dapur tetapi juga para pelaku usaha mikro. Dari cerita-cerita di pasar dan juga di grup wa banyak di antara mereka berkeliling menjelajahi hingga ke sudut-sudut kota untuk mencari gas, meski banyak yang tidak berhasil mendapatkannya.

Mirisnya lagi, untuk berkeliling mencari gas itu mereka menggunakan kendaraan bermotor yang bensinnya juga harus mengantri lama untuk mengisinya, jika mau cepat terpaksa membeli bensin eceran yang tentu saja lebih mahal.

Para pedagang makanan dan jajanan pinggir jalan yang merupakan pelaku usaha mikro pun banyak yang terpaksa tidak menjual karena tak ada gas untuk mengolah dagangannya. Dan bukan mereka saja yang mengeluh karena kehilangan pendapatan tetapi pelanggan mereka juga mengeluh, mau memasak juga tak ada gas, mau beli penjual langganan lagi off.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun