Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perahu itu Telah Karam

6 Maret 2021   18:13 Diperbarui: 6 Maret 2021   18:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: rumahpemilu.org

Hari ini entah mengapa aku rasanya ingin membuat catatan harian, aku ikut-ikutan galau pada sesuatu yang aku sendiri masih bingung apa sih sebenarnya yang terjadi, semoga saja semua ini akan baik-baik saja.

Mereka menunjukkan betapa tak bisa dipercayanya poliTIKUS, mereka mampu "menghancurkan" sesamanya tanpa rasa bersalah, bahkan dengan euforia dan eksatis.

Dengan dalih demokratis dan konstitusional, kegilaan itu dipertontonkan pada khalayak dan pada akhirnya akan dipaksakan untuk diterima meski penuh dengan histeria.  

Sementara itu, berteriak tentang ketidakadilan hanya memperburuk keadaan, "sikut-menyikut" sudah menjadi entitas kekinian hasil abstraksi perilaku purba yang pernah diajarkan sejarah, dan secara politis inilah langkah keji untuk meniadakan ketidaksamaan pandangan politik.

Dan betapa tololnya kita, yang mau saja percaya bahwa itu bukanlah sebuah perlakuan bejad melainkan hanya menjalankan kewajiban sebagai seorang patriot sejati.

Inilah demokrasi yang kehilangan jiwa, demokrasi yang meniadakan etika, demokrasi yang tak pernah bisa hidup kecuali memberi kematian pada yang tak sama.

.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun