Menariknya, sektor teknologi menjadi motor utama penguatan IHSG, dengan kenaikan sebesar 3,24%. Sektor industri dan barang konsumen primer turut menyumbang tenaga, menunjukkan rotasi sektor yang mulai bergeser ke arah inovasi dan kebutuhan dasar.Â
Meski lima sektor mengalami pelemahan (termasuk transportasi dan keuangan), dominasi sektor teknologi memberi sinyal bahwa investor mulai melirik potensi jangka panjang di tengah transformasi digital.
Aksi korporasi emiten dan antisipasi terhadap rilis data ekonomi domestik, seperti cadangan devisa, indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, dan kendaraan menambah daya tarik pasar.Â
Kondisi ini  bukan sekadar spekulasi, melainkan bentuk kepercayaan terhadap arah kebijakan dan daya tahan ekonomi nasional.
Asing Ramai Koleksi Saham: IHSG Tancap Gas
Menambah kekuatan narasi, data dari Investor Daily menunjukkan bahwa investor asing aktif melakukan pembelian bersih (net foreign buy) pada sejumlah saham strategis. Pada Kamis, 2 Oktober 2025, IHSG naik 27,26 poin ke level 8.071,08, dengan nilai transaksi mencapai Rp26,85 triliun.
Saham yang paling banyak dikoleksi asing antara lain:
- PT Solusi Energi Digital Tbk (WIFI) - Rp108,88 miliar Â
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) - Rp96,27 miliar Â
- PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) - Rp73,37 miliar Â
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) - Rp67,33 miliar Â
- PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) - Rp55,13 miliar Â
Minat asing terhadap sektor energi, infrastruktur, dan perbankan menunjukkan kepercayaan terhadap stabilitas dan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.Â
Arus modal asing yang masuk memperkuat korelasi positif antara penguatan rupiah dan IHSG, menandakan bahwa Indonesia sedang berada dalam radar strategis investor global.
Refleksi: Ketahanan, Kepercayaan, dan Narasi Publik
Kedua penguatan ini, rupiah dan IHSG, bisa dibaca sebagai narasi ketahanan yang lebih dalam. Di saat banyak negara masih bergulat dengan inflasi, defisit, dan ketidakpastian politik, Indonesia menunjukkan bahwa stabilitas bukanlah hasil dari diam, melainkan dari gerak yang terukur.
Bagi masyarakat, ini adalah momen untuk memperkuat literasi keuangan dan memahami bahwa pasar bukanlah ruang asing, melainkan cermin dari dinamika kebijakan, perilaku kolektif, dan arah masa depan.Â