Dari Sungai Kuantan ke Panggung Ekonomi Kreatif Riau
Di tepian Sungai Kuantan, dentuman gendang berpadu dengan sorak-sorai ribuan penonton. Perahu panjang bak naga air melesat, mendayung serempak mengikuti irama, seolah setiap kayuhan adalah denyut nadi masyarakat Kuantan Singingi.Â
Inilah Pacu Jalur, warisan budaya Riau yang tak hanya menggetarkan hati, tetapi kini juga menggerakkan roda ekonomi daerah.
Tahun ini, Festival Pacu Jalur menjelma menjadi magnet digital. Cuplikan video lomba yang diunggah warganet melesat bak arus deras---viral di TikTok, Instagram, hingga YouTube.Â
Pemandangan ribuan orang memadati tepian sungai, perahu berhiaskan warna-warni, dan pekik penyemangat yang membahana membuat siapa pun terpikat, meski hanya menyaksikannya lewat layar ponsel.
Data Bicara: Lonjakan Wisata dan Perputaran Ekonomi
Viralnya Pacu Jalur bukan sekadar menambah penonton di dunia maya. Menurut data Agoda yang dikutip akun @infopku_, kunjungan wisatawan domestik ke Pekanbaru melonjak 35% selama periode festival.Â
Dampak ekonominya? Mencapai Rp75 miliar---angka yang setara dengan pendapatan beberapa sektor industri dalam satu kuartal.
Perputaran uang itu menyentuh berbagai lini:
- Usaha mikro dan kecil yang menjajakan kuliner khas seperti lempuk durian, gulai ikan patin, dan bolu kemojo Â
- Transportasi darat dan udara yang sibuk melayani arus wisatawan Â
- Perhotelan dan homestay yang penuh dipesan jauh-jauh hari Â
- Industri kreatif yang memproduksi suvenir, konten digital, hingga merchandise bertema Pacu Jalur Â
Dari Tradisi Sungai ke Panggung Dunia
Pacu Jalur berakar dari tradisi tahunan masyarakat Kuantan Singingi---lomba perahu antar kampung sebagai hiburan sekaligus ajang silaturahmi. Namun di era digital, ia memperoleh napas baru.