Tahun 1989 saya menulis skripsi tentang jual beli saham di pasar modal, sebuah topik yang kala itu masih jarang disentuh. Tesis saya di tahun 2005 membahas strategi kemitraan sosial ekonomi syariah sebagai bagian dari pembangunan daerah.Â
Dua karya ilmiah yang lahir dari proses studi yang mendalam dan observasi di lapangan.
Sejak awal 2000-an, saya menjadi dosen tamu di berbagai perguruan tinggi untuk mata kuliah seperti Sistem Ekonomi Syariah, Manajemen Sumber Daya Manusia, hingga Transformasi Organisasi.Â
Saya juga aktif sebagai narasumber dalam seminar, lokakarya, dan menjadi tim ahli pengembangan bisnis di LPPI, yang semuanya itu tentu membutuhkan kemampuan menulis.
Karya yang Lahir dari Pergulatan dan Keprihatinan
Saya telah menulis dan menerbitkan berbagai buku---bukan hanya kumpulan teori, melainkan refleksi dari pengalaman pribadi dan profesional. Di antaranya:
- Aktivitas Ekonomi Syariah (2004)
- Model Dinamika Sosial Ekonomi Islami (2006)
- Corporate Culture: Master Key of Competitive Advantage (2015)
- Merancang Change Management & Cultural Transformation (2020)
- Transformasi dari Boss ke Spiritual Great Leader (2023)
- Menjaga Kedaulatan Digital dan Sistem Pembayaran Nasional (2025)
Setiap buku saya tulis dengan semangat berbagi, menjawab tantangan zaman, dan menyampaikan solusi berdasarkan nilai dan pengalaman.
AI Hanya Alat, Bukan Sumber Jiwa
Sejak akhir 2022, saya mulai menggunakan AI seperti ChatGPT dan Copilot.Microsoft.AI sebagai alat bantu dalam menulis.Â
Mereka mempercepat proses, memudahkan riset awal, menyusun struktur kasar---tapi bukan pengganti. Sama seperti kalkulator bukanlah pengganti logika matematika, AI bukanlah pengganti jiwa penulis.
Tulisan yang autentik lahir dari kombinasi pengalaman hidup, kepekaan sosial, dan integritas berpikir.Â
AI tak punya luka, tak punya rindu, tak bisa merasa bersalah atau bersyukur. Ia tidak tahu rasanya berjuang menulis opini pertama di koran lokal, atau deg-degan saat buku pertama naik cetak.
Menulis dari Hati, Menyentuh Nurani
Saya percaya, pembaca bisa membedakan tulisan yang bernyawa dengan yang hanya hasil proses teknis.Â
Tulisan yang menggugah bukan hanya soal gaya bahasa, tapi juga soal kejujuran isi. Dan itu hanya bisa ditulis oleh manusia yang mengalami, merasa, dan merenung.