Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Menulis dengan Nurani; Ketika AI Jadi Asisten, Bukan Pengganti

31 Juli 2025   21:03 Diperbarui: 31 Juli 2025   21:03 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan ChatGPT.OpenAI 


Di tengah gegap gempita dunia kecerdasan buatan (AI) yang kini menyentuh hampir semua aspek kehidupan, termasuk dunia tulis-menulis, saya menemukan diri ini berada di persimpangan yang cukup menarik. 

Tiba-tiba ada yang bertanya---dengan nada ragu atau sinis, "Apakah ini benar tulisan Anda? Jangan-jangan hanya hasil ChatGPT?"

Pertanyaan yang mungkin sederhana, namun menggugah begitu banyak kenangan, perjalanan panjang, dan keyakinan saya tentang apa makna sebenarnya dari menulis.

Jurnalis Mading Sejak Tahun 1974

Kecintaan saya terhadap dunia menulis bukanlah sesuatu yang lahir belakangan atau karena tren digital. Saya memulainya sejak kecil, saat menjadi "wartawan" majalah dinding di Sekolah Dasar Perguruan Katolik Santa Maria antara tahun 1974 hingga 1977. 

Saat teman-teman bermain kelereng, saya yang baru kelas 3 SD sibuk mewawancarai guru atau menulis kegiatan sekolah untuk dilaporkan di mading. Lanjut ke bangku SMP (1977--1980), saya tetap aktif sebagai penulis dan redaktur mading sekolah.

Tangan saya terbiasa memegang spidol dan lem kertas, mata saya terbiasa mengamati peristiwa kecil yang layak ditulis. 

Mading sekolah bukan sekadar papan informasi, tapi ruang ekspresi dan pelatihan literasi sejak dini.

Menembus Koran di Usia Muda

Tahun 1987 adalah tonggak baru. Saya memberanikan diri menulis opini di media massa---koran sungguhan. Menyampaikan gagasan kepada khalayak luas di luar tembok sekolah. 

Saat itu belum ada internet, belum ada word processor, hanya mesin tik dan kertas karbon. Setiap naskah adalah hasil perenungan panjang dan kerja jari yang telaten.

Setahun kemudian, saya memperkuat pondasi jurnalistik saya dengan mengikuti Pendidikan Jurnalistik yang diadakan oleh Universitas Katolik Parahyangan bekerja sama dengan Majalah Tempo pada 1988. 

Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Pelatihan ini semakin mengasah nalar kritis dan kedisiplinan dalam menulis.

Dari Skripsi hingga Tesis, dari Bank hingga Kampus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun