Ketika Pisau Tak Melukai
Saat keduanya pasrah total, Allah pun menyelamatkan. Bukan Ismail yang disembelih, tapi seekor hewan sembelihan dari langit yang menggantikannya.
"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
(QS. As-Saffat: 107)
Peristiwa inilah yang kita kenang setiap Idul Adha. Lebih dari sekadar menyembelih hewan, ini adalah pengingat bahwa keikhlasan menyerahkan yang kita cintai kepada Allah adalah bentuk tertinggi pengorbanan.
Kabar Gembira: Hadirnya Ishaq
Tak lama setelah ujian itu, datanglah kabar bahagia:
"Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh."
(QS. As-Saffat: 112)
Sarah, istri Ibrahim yang telah lanjut usia, terperanjat. Tapi malaikat menjawab bahwa inilah kehendak Allah. Ishaq lahir, dan dari garis keturunannya lahir Nabi Yaqub, Yusuf, Musa, Isa hingga Nabi Muhammad ---menjadi awal dari mata rantai kenabian yang penuh berkah.
Hikmah dan Refleksi untuk Kita
1. Idul Adha:Â Saatnya Menguji Cinta
Cinta sejati adalah ketika kita mampu menyerahkan yang paling kita cintai kepada Allah. Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi menyembelih ego, ambisi duniawi, dan keterikatan yang membelenggu.
2. Keikhlasan Siti Hajar Adalah Pilar Spiritual
Peran Hajar sering terlewatkan, padahal dari keikhlasannya lahir zamzam dan kota Makkah. Ia adalah simbol kekuatan dan tawakal perempuan dalam sejarah Islam.
3. Didikan Taqwa Melahirkan Generasi Tangguh
Ismail adalah produk dari keluarga yang hidup dalam nilai-nilai ketakwaan. Ini menjadi pesan kuat bagi orang tua zaman sekarang---bahwa pendidikan iman sejak dini adalah pondasi utama.
4. Setelah Ujian, Akan Ada Kejutan
Setelah peristiwa pengorbanan, Allah menghadiahkan Ishaq. Ini adalah pelajaran bahwa di balik pengorbanan yang ikhlas, ada balasan yang lebih mulia dari arah yang tak disangka.