Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Malam Cap Go Meh di Kampung Tionghoa Pekanbaru; Tradisi, Harmoni, dan Kenangan

13 Februari 2025   20:21 Diperbarui: 13 Februari 2025   21:00 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal

Sorotan utama malam itu adalah tarian naga ultraviolet, yang tampil begitu spektakuler dengan permainan cahaya yang memukau. Para pengunjung juga diajak menari bersama dalam tarian Maumere dari Nusa Tenggara Timur, membuktikan bahwa Cap Go Meh di Pekanbaru bukan sekadar perayaan budaya Tionghoa, melainkan juga pesta kebersamaan bagi semua lapisan masyarakat. Kemeriahan semakin lengkap dengan pesta kembang api yang menerangi langit malam.

Sejumlah tokoh penting turut hadir, termasuk Ketua Panitia Imlek Bersama Tionghoa Pekanbaru 2025 Kamin, Pj Wali Kota Pekanbaru Roni Rakhmat, Kapolresta Kombes Pol Jeki Mustika, serta para pemimpin organisasi Tionghoa dan Forkompinda Kota Pekanbaru. Dukungan dari berbagai pihak ini menunjukkan bahwa Cap Go Meh telah menjadi bagian dari identitas budaya Pekanbaru yang inklusif.

Jamuan Makan Malam: Hidangan Peranakan yang Sarat Makna

Tidak lengkap rasanya merayakan Cap Go Meh tanpa jamuan makan malam bersama keluarga besar. Meja-meja panjang ditata di sepanjang jalan, dipenuhi hidangan khas yang menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi ini. 

Salah satu hidangan utama adalah Lontong Cap Go Meh, sebuah perpaduan lontong dengan bihun yang disajikan bersama opor ayam, kemangi, dan telur pindang. Makanan ini mencerminkan akulturasi budaya antara Tionghoa dan Melayu.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal

Selain itu, ada Laksa, hidangan berkuah santan dengan mie yang dilengkapi tahu, udang, dan telur, serta Mie Lendir, mie kuning basah dengan saus kacang yang gurih. Semua makanan ini melambangkan harapan akan kelimpahan dan kesejahteraan di tahun baru.

Dalam kepercayaan Tionghoa, ada satu pantangan yang harus dihindari: makan bubur. Bubur dianggap sebagai makanan orang miskin, sehingga menyantapnya saat Imlek hingga Cap Go Meh dipercaya bisa membawa nasib kurang baik. Sebagai gantinya, hidangan yang lebih "mengenyangkan" dan "padat" seperti lontong dan mie lebih disukai, melambangkan doa panjang untuk keberuntungan.

Sebagai penutup, Yuanxiao atau ronde menjadi hidangan wajib. Bola-bola ketan ini disajikan dalam kuah jahe manis, melambangkan kebersamaan dan keharmonisan dalam keluarga.

Menjaga Warisan Budaya untuk Generasi Mendatang

Saat malam semakin larut, pertunjukan barongsai dan tari-tarian masih terus berlangsung, menyemarakkan suasana hingga menjelang pergantian hari. Saya duduk di tepi jalan, menikmati suasana yang begitu akrab dan hangat. Ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga pengingat tentang pentingnya menjaga tradisi dan keberagaman budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun