Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berkorbanlah dalam Kebaikan

5 Februari 2016   22:19 Diperbarui: 5 Februari 2016   22:32 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.andriewongso.com"][/caption]Bagi muda mudi yang sedang dimabuk asmara, semangat berkorban untuk pasangannya tentu akan terus diupayakan. Ibaratnya, menyeberangi sungai mendaki gunung akan dijalani, demi pasangan kekasihnya. Tidak peduli hujan atau pun panas, jika kekasih ingin dijemput, dengan semangat membara akan langsung dijalankan. Inilah semangat berkorban ala generasi yang sedang dimabuk cinta.

Dalam era penjajahan dulu, bentuk pengorbanannya tentu akan berbeda. Bagi pekerja kantoran, bentuk pengorabannya tentu juga akan berbeda. Lantas, apakah kita tetap harus selalu berkorban? Pertanyaan ini mungkin gampang-gampang susah untuk dijawab. Kenyataannya, semangat pengorbanan ini tetap diperlukan, meski jaman sudah berubah seperti sekarang ini. Jika sekarang tidak ada lagi perang, bentuk pengorbanan seperti apa yang harus dilakukan?

Mulailah dari hal yang terkecil, yaitu keluarga. Sudahkah kita peduli dan saling membantu dengan keluarga kita sendiri? Bagi Anda yang telah bekerja, sudahkah meringankan beban orang tua? Jika belum, mulailah saat ini juga. Bisa sajsa dalam bentuk menyisihkan sebagian persen gaji kita, untuk kebutuhan keluarga. Atau mungkin mengorbankan waktu nonton, untuk menemani ngobrol dengan orang tua. Sederhana. Tapi mempunyai makna dan hasil yang luar biasa.

Jika sudah berkorban terhadap keluarga, mulail kembangkan ke ruang yang lebih besar. Yaitu lingkungan sekitar. Jika ada orang yang mapan dari sisi harta, tidak berkorban atau beramal kepada sekitarnya, tentu akan menjadi kelompok yang merugi. Lho, kok bisa? Ingat. Harta adalah amanah sekaligus fasilitas ibadah kepada Allah. Harta bukan tujuan, tapi sarana ibadah. Maka, alangkah meruginya orang berharta yang tidak menjadikannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ada sekelompok orang, yang memilih ‘berkorban’ di jalan Allah, tapi dengan cara-cara tidak lazim. Mereka rela mengorbankan nyawanya, dengan cara meledakkan diri di pusat keramaian, di kantor polisi, di hotel, atau di tempat yang dianggap dianggap tidak sejalan dengan pandangannya. Warga negara asing, dianggap sebagai orang ‘kafir’, karena itulah harus diperangi. Cara-cara berkorban semacam ini, tentu bukanlah perbuatan yang terpuji. Bukan perbuatan yang diajarkan dalam agama.

Allah SWT berfirman, “Dan belanjakanlah (harta benda kalian) di jalan Allah. Dan janganlah kalian menjatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan. Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah 2:195). Ayat ini seharusnya dijadikan acuan oleh semua muslim, untuk berkorban dalam kebaikan. Bukan berkorban dengan cara bunuh diri. Nyawa adalah hadiah dan kepercayaan dari Allah. Karena itulah, Islam mengajarkan agar setiap manusia menjaga nyawa mereka, dan melarang bunuh diri. Islam tidak pernah membenarkan seseorang membunuh dirinya sendiri.

Orang yang berkorban, biasanya melakukan dengan ikhlas semata-mata karena Tuhan. Pengorbanan yang dilakukan, diharapkan bisa bermanfaat untuk masyarakat banyak. Tidak jauh berbeda ketika ketika menyisihkan gaji kita, untuk membantu orang yang memerlukan. Berkorban merupakan tindakan mulia, karena dengan berkorban, bisa membantu orang lain meringankan masalahnya. Sekali lagi, mari berkorban untuk kebaikan. Bukan berkorban untuk kejahatan.

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun