Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Habiskan Waktu dengan Gerakan Radikal

30 November 2019   00:25 Diperbarui: 30 November 2019   00:47 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun terakhir ini kita selalu disibukkan dengan perdebatan soal penggantian Pancasila dan UUD 1945. Beberapa pihak dengan tanpa dasar menyatakan bahwa Pancasila tidak mencerminkan keadaan negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam . Sehingga sudah selayaknya untuk diubah menjadi syariah Islam seperti tuntutan yang tak pernah habis.

Gagasan-gagasan tanpa dasar itu mengemuka dengan memanfaatkan ruang kebebasan yang dihadirkan oleh masa reformasi. Masa itu memang seperti kemerdekaan kedua, dimana kebebasan berekspresi berhasil dimanfaatkan oleh banyak pihak. Masa itu seperti kitabebas mengakses informasi dan menuangkan ide sesuai dengan masing-masing.

Hanya saja gagasan untuk mengubah dasar negara menjadi syariah Islam sejatinya adalah gagasan yang salah dan mengabaikan sejarah terbentuknya Indonesia.

Mereka seakan lupa bahwa perjuangan mendapatkan kemerdekaan ini tidak saja diperjuangankan oleh satu golongan atau satu agama saja, tetapi diperjuangan oleh banyak pihak dengan latar belakang agama yang berbeda, agama berbeda dan suku yang berbeda.

Mungkin kita perlu mengingat nama-nama dan asal para pahlawan. Mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Juga pahlawan dari Papua, Maluku dan Nusa Tenggara. Selain bersuku berbeda, mereka juga beragama berbeda juga. Ada Islam, Kristen, Katolik dan Hindu. Ada pahlawan wanita dan pria.

Sehingga menafikan satu golongan dan memuja golongan yang lain, dan kemudian ingin mengganti dasar negara ini dengan keyakinan satu golongan adalah tindakan yang sangat tidak elok. Tidak satu golongan atau satu keyakinan yang lebih berharga dibanding yang lain dalam pembentukan negara Indonesia.

Mungkin kita ingat bagaimana Soekarno dan Hatta berjuang merumuskan kemerdekaan ditengah beragamnya Indoensia. Satu pihak tidak lebih berharga dibanding pihak yang lain, sehingga apa yang dirumuskan bersama-sama itu haruslah dijunjung oleh banyak pihak.

Pihak yang mengupayakan perubahan terhadap dasar negara menjadi syariah Islam itu kebanyakan adalah organisasi keislaman trans --nasional yang secara internasional juga ditentang banyak negara Islam. Mereka adalah golongan-golongan radikal.

Kita tahu IS akhirnya runtuh justru di negara yang mayoritas beragama Islam. Ini jelas bahwa system kekhilafahan tidak cocok pada masa kini yang lebih mengandalkan fleksibilitas dalam bernegara. Ibarat kata faham itu adalah penumpang gelap dalam perwujudan perjuangan Indonesia.

Apalagi oraganisasi tersebut tidak punya andil apapun dalam pembentukan negara kita. Perjuangan kita lebih disandarkan pada perjuangan semua pihak dalam mewujudkan Indonesia merdeka. Karena itu, untuk apa menghabiskan waktu untuk para penumpang gelap  berupaya mengganti dasar negara kita dengan salah satu agama ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun