Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Radikalisme, Penghambat Kemajuan Bangsa

15 Agustus 2019   16:24 Diperbarui: 15 Agustus 2019   16:37 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usia kemerdekaan kita sudah mencapai 74 tahun. Dari usia itu kita patut melihat kembali apa yang sudah kita lampaui bersama dan bagaimana kita menghadapi masa depan.

Sepuluh tahun awal merdeka kita memang menghadapi tekanan Belanda yang dalam hal ini bekas penjajah yang tak rela melepas negara jajahannya merdeka. Mereka menekan Indonesia baik dengan pertempuran (dengan membonceng Sekutu), maupun diplomasi sampai akhirnya mereka benar-benar mengakui kemerdekaan Indonesia.

Lalu tiba masa dimana kita mengisi kemerdekaan. Waktu yang cukup panjang (dimulai sekitar 1950 sampai sekarang) kita diwarnai dengan berbagai warna kepemimpinan. Mulai dari bung Karno, Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dampai pada Joko Widodo.

Saat bung Karno kita tahu banyak kesulitan fisik dan finansial karena kita harus melawan Belanda dan beberapa separatis di beberapa wilayah. Di sisi lain kita juga masih kekurangan modal dalam membangun bangsa ini meski beberapa negara ikut membantu.  Tapi semangat membangun kala itu sangat besar sekali meski modal dirasa terbatas. 

Kita layak berbangga bahwa kita mampu menyelenggaraan Konferensi Asia Afrika dimana sekitar 55 negara hadir di Bandung. Kita juga layak bangga bisa membangun Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) yang sampai sekarang masih layak digunakan dan sangat megah.  Juga beberapa kebijakan Presiden Soekarno yang menimbulkan rasa segan negara lain kepada kita dan mereka mengakui bahwa Indonesia adalah negara besar yang patut diperhitungkan.  

Indonesia kemudian dipimpin oleh Soeharto. Tanpa mengaburkan fakta bahwa memang ada prestasi saat 32 tahun dibawah kepemimpinan Soeharto, tapi di sisi lain kita banyak kehilangan potensi maju karena budaya koruptif merajalela di era ini. Sehingga kekayaan alam yang seharusnya bisa dimaksimalkan menjadi tereduksi bahkan hilang sama sekali. Kita bisa melihat kekayaan kayu di Kalimantan, Sumatera dan Papua. Banyak potensi yang hilang dan diambil oleh pihak lain.

Ketika era reformasi pada tahun 1998, banyak hal yang harus diperbaiki oleh pemimpin setelah itu, selain fisik juga semangat karena reformasi membawa harapan baru bagi banyak masyarakat Indonesia. Bagaimanapun Indonesia adalah negara muslim besar dan dengan penduduk yang amat besar. Begitu juga potensi alamnya yang dapat diolah dan dapat menghasilkan hal yang dahsyat. Masyarakat Internasional bahkan memasukkan Indonesia dalam kelompok negara G20 yang merupakan negara-negara dengan potensi ekonomi besar. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk dalam G20.

Hanya sayangnya, kita bisa merasakan bahwa pembangunan yang dilakukan setelah era reformasi membawa beberapa ekses buruk. Antara lain dengan maraknya radikalisme di banyak bidang. Jihad dalam agama dipandang dan diimplemantasikan secara salah. Mulai dari bidang pendidikan, birokrasi sampai kesehatan dan banyak bidang lainnya. Bahkan ada pejabat yang menyebut bahwa radikalisme suka ayau tidak suka sudah merambah dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai Professor.

Kita harus secara jujur mengakui bahwa ini adalah tantangan bagi negara kita. Bagaimanapun, radikalisme adalah factor penghambat sebuah negara untuk maju. Kita bisa melihat contoh dari negara seperti Pakistan, Suriah dan beberapa negara lain dimana program pembangunannya diganggu oleh radikalisme. Karena itu negara seperti Malaysia dan Filipina, menggalakkan program melawan radikalisme. Malaysia bahkan punya mekanisme tersendiri terhadap bahaya radikalisme itu yang memungkinkan aparat dapat menangkap seseorang yang ditengarai sebagai anggota kelompok teroris.

Dunia dan kita yakin bahwa terorisme adalah persoalan serius angi bangsa di dunia dan dapat menghambat kemajuan kita. Karena itu terorisme dan radikalisme sebagai akar harus kita waspadai dan berantas sejak dini. Dua hal itu penghambat kemajuan dunia, termasuk Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun