Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Kotori Toleransi dengan Provokasi

22 Agustus 2018   15:05 Diperbarui: 22 Agustus 2018   15:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - qureta.com

Entah sampai kapan, pesan kebencian dan provokasi untuk mendiskreditkan nilai-nilai Pancasila akan berakhir. Entah sampai kapan pula, pesan-pesan kebencian di dunia maya akan berakhir. Faktanya, hal tersebut saat ini begitu nyata dan terus terjadi di media sosial. Di bulan kemerdekaan ini, semangat nasionalisme semestinya terus tumbuh diantara generasi penerus, khususnya generasi milenial. Generasi muda jaman sekarang, memang tidak pernah merasakan bagaimana perjuangan merebut kemerdekaan. Namun generasi jaman now harus bertanggung jawab, untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan agar lebih bermanfaat bagi kemaslahatan umat.

Indonesia lahir dari sebuah keberagaman suku, budaya, agama dan keyakinan. Indonesia juga berkembang menjadi negara yang sangat toleran. Meski mayoritas penduduknya beragama Islam, namun nilai toleransi itu tetap terjaga. Jauh sebelum Islam masuk ke tanah Jawa dan menyebar ke seluruh penjuru nusantara, nenek moyang negeri ini sudah mengusung nilai-nilai toleransi dan gotong royong. Dengan masuknnya Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu, nilai-nilai toleransi itu semakin terasa di tengah masyarakat.

Namun, suka tidak suka, nilai toleransi itu masih saja terus diganggu oleh kelompok intoleran dan radikal. Kelompok ini selalu saja menebar provokasi dengan berbagai alasan. Jika dulu murni karena alasan ideologis, sampai akhirnya melahirkan kelompok garis keras hingga kelompok teroris, kini jaringan ini juga mulai memanfaatkan perhelatan politik jelang pilpres dan pileg pada 2019 mendatang.

Akibatnya, intensitas ujaran dan provokasi di dunia maya semakin meningkat. Pada titik inilah, semua pihak harus berkomitmen untuk mencegah penyebaran bbit radikalisme dunia maya. Tidak hanya kalangan ulama, guru, pejabat, karyawan, hingga generasi milenial seperti sekarang ini, juga harus aktif melawan pesan kebencian ini dengan pesan damai.

Mari kita terus ingatkan tentang nilai-nilai kearifan lokal yang kita punya sejak dulu. Jangan-jangan diantara kita sudah mulai lupa, seiring dengan semakin pesatnya perkembangan informasi di era milenial ini.

Jangan-jangan kita sudah mulai lupa, bahwa kita punya tradisi saling menghormati dan menghargai, seiring semakin maraknya gaya hidup baru di era modern ini. Jika kita mengklaim diri kita sebagai seorang Indonesia, bukan hanya status warga negaranya saja yang Indonesia, tapi perilaku dan ucapannya pun juga harus mencerminkan kultur Indonesia.

Dalam sejarahnya, berbagai macam budaya yang ada di Indonesia bisa saling berakulturasi. Bukti ini bisa kita lihat dari bentuk bangunan peninggalan masa lalu. Dalam budaya di beberapa daerah, juga bisa kita temukan akulturasi ini. Hal ini menegaskan bahwa tidak budaya yang saling menghilangkan. Budaya baru bisa bersandingan dengan budaya lama.

Dalam praktek kehidupan sehari-hari, masyarakat dari Jawa, Papua, Dayak, atau bahkan dari luar negeri sekalipun, juga bisa hidup berdampingan di Indonesia. Itulah wujud dari toleransi. Dalam peringatan hari keagamaan pun, juga masih bisa kita saksikan upaya untuk saling membantu dan menghormati. Ketika Natal, seorang muslim ikut menjaga gereja. Ketika Idul Fitri, seorang kristiani juga ikut menjaga masjid, dan lain sebagainya. Betapa indahnya negeri ini juga toleransi itu tetap terjaga. Karena itulah, hilangkan provokasi atas nama apapun di negeri ini. Karena provokasi hanya akan membuat negeri yang indah ini hancur. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun