Mohon tunggu...
Mery Engge
Mery Engge Mohon Tunggu... perawat

Renang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Silent Walking, Tren Pola Hidup Sehat di Tengah Hiperkonektvitas Sosial Media

20 Agustus 2024   21:44 Diperbarui: 20 Agustus 2024   22:33 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SILENT WALKING: TREN POLA HIDUP SEHAT DI TENGAH HIPERKONEKTIVITAS SOSIAL MEDIA

 

Pendahuluan

Saat ini umat manusia sedang berada dalam arus perkembangan teknologi digital yang semakin cangggih. Harus diakui bahwa kehadiran internet dan mesin-mesin pencari seperti Google, Facebok, Instagram, Twitter, dll, telah memberi pengaruh yang sangat signifikan di bidang informasi. Hebatnya, dampak perkembangan teknologi ini menjalar hampir ke semua dimensi kehidupan manusia, baik yang positif maupun dampak negatif sekalipun. Inilah dampak ganda perkembangan teknologi informasi.

Dalam urusan kesehatan, misalnya, kehadiran mesin-mesin pencari seperti Google, Facebook, Instagram, dan twitter dapat memudahkan manusia untuk mengakses serta mempelajari cara-cara yang benar dalam membentuk pola hidup yang sehat. Hal ini dinilai sangat penting, mengingat kecenderungan umat manusia kurang kritis dan cermat dalam menggunakan sosial media. Tepat pada titik ini manusia menjadi tidak sadar pada statusnya bahwa selain sebagai pengguna, manusia juga sedang digunakan oleh sosial media. 

Tesis tersebut dibenarkan oleh contoh-contoh ketika manusia menjadi sangat bergantung pada dunia virtual dibandingkan dunia nyata. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton tayangan hiburan dianggap lebih penting daripada melewatkan jam makan, jadwal olahraga, dan jam untuk beristirahat. Dengan demikian, tidaklah berlebihan jika faktor kesehatan manusia saat ini juga dipengaruh oleh perkembangan teknologi informasi ini. Mata pegal dan kering, postur tubuh yang buruk, gangguan tidur, jarang bergerak, perubahan struktur otak, isolasi, depresi dan kecemasan, obesitas, penurunan kesuburan, dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas merupakan sederet contoh nyata bagaimana dampak perkembangan teknologi terhadap kesehatan.[1] 

Berangkat dari persoalan tersebut, penulis tergerak menawarkan solusi alternatif bagaimana bisa keluar dari gangguan kesehatan akibat penggunaan sosial media yang tidak terkontrol melalui artikel ini dengan judul: SILENT WALKING: TREN POLA HIDUP SEHAT DI TENGAH HIPERKONEKTIVITAS SOSIAL MEDIA. 

Fokus utama pembahasan artikel ini adalah: Seberapa Pentingkah Silent Walking dalam Menciptakan Kestabilan Hidup Yang Sehat di Tengah Hiperkonektivitas Sosial Media? Secara metodologis, artikel ini akan dibagi ke dalam empat bagian; Pertama, menjelaskan pengertian sosial media. Kedua, membahas gangguan kesehatan akibat hiperkonektivitas sosial media. Ketiga,  menjelaskan pengertian silent walking sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah kesehatan akibat hiperkonektivitas sosial media. Keempat, berisikan penutup sekaligus sebagai kesimpulan seluruh pembahasan artikel ini.

  • Sosial Media
  •  
  • Sosial media adalah seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia bagi orang awam.[2] Media sosial dapat dipahami juga sebagai suatu paltform digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial bagi setiap penggunanya. Media sosial sendiri pada dasarnya merupakan bagian dari pengembangan internet. Hal inilah yang menjadikan semua pengguna yang tersambung dengan koneksi internet dapat menciptakan informasi, menyebar informasi melampaui sekat ruang dan waktu. Ini menjadi alasan mengapa sosial media menjadi pusat perhatian umat manusia dewasa ini. Sosial media menjadi fenomena yang sangat popular di tengah peradaban manusia modern, secara khusus di era teknologi 4.0 saat ini.
  •  
  • Media sosial bukan hanya berfungsi sebagai media yang memungkinkan terjalinnya komunikasi, tetapi memiliki fungsi yang lebih kompleks, seperti branding, tempat usaha, dan marketing.[3] Fungsi media seperti ini telah dimanfaatkan oleh manusia dalam mengembangkan berbagai sektor kehidupan yang produktif. Jadi, tidak heran apabila ada yang menyebutkan bahwa media sosial telah menjadi bagian dari kebutuhan yang sangat penting dan tidak terpisahkan dengan manusia. Meski demikian, di balik kesuksesan pemanfaatan sosial media, tidak menutup kemungkinan akan melahirkan berbagai jenis dampak negatif. Penyebaran hoax dan propaganda, kekerasan berbasis sosial media, dan konten-konten yang tidak produktif merupakan contoh dampak negatif tersebut. Sebab, dengan kemudahan untuk mengakses, manusia menjadi tidak terkontrol dalam melakukan apa saja melalui sosial media. 
  •  
  1. Hiperkonektivitas Sosial Media dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan 

Teknologi sosial media yang bertransformasi sebagai tumpuan untuk beraktivitas, mulai dari aspek pendidikan, sosial, hingga ekonomi, bagaikan pisau bermata dua; menjadi satu kesatuan. Manusia bisa saja terlarut dalam genggaman dunia virtual ketika kehilangan daya mengiterpretasi pesan, ketidakfasihan dalam menggunakan media, minus tanggung jawab sosial dan etis, serta ketiadaan kreativitas.[4] Idealnya, kemampuan berpikir kritis dan evaluasi dampak media mesti dimiliki oleh setiap pengguna media. Oleh karena itu, pemakaian soial media tidak menjadikan manusia menjadi Hiperkonektif dan mengabaikan dimensi-dimensi yang jauh lebih penting. 

Hiperkonektivitas (hyper conectivity) adalah salah satu gejalah masyarakat dalam peradaban Planetari.[5] Manusia cenderung lebih suka merespons satu gejala dan membagikannya dalam sosial media secara cepat. Pikiran tersebut berasal dari perasaan seolah-olah setiap individu memiliki tanggung jawab untuk memberikan pandangan atau opini terhadap fenomena-fenomena tertentu walaupun konsekuensinya sangat fatal. Memberikan komentar atau membuat postingan dianggap sebagai suatu reputasi yang berujung pada pengakuan publik.  Tidak heran jika ditemukan masih banyak orang yang menghabiskan waktu berjam-jam di hadapan gadget untuk hal-hal yang tidak penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hiperkonektivitas adalah istilah yang digunakan pada pemakaian sosial media yang berlebihan. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun