Hal pertama yang terlintas dibenak saya saat mendengar tema Tanoto Scholars Gathering 2015 “LEARN AND LEAD” tahun ini adalah unik sekaligus aneh. Pasalnya, sebagai seorang mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Univesitas Jambi, istilah belajar dan memimpin terkesan jarang dijadikan jargon bagi para pemimpin dunia kelas atas. Jokowi aja heboh dengan jargonnya “Kerja! Kerja! Kerja !”. Bisa bayangin kan kalau jargon Jokowi diganti jadi “Belajar Pimpin! Belajar Pimpin! Belajar Pimpin!”, bisa-bisa pidato beliau gak selesai-selesai karena kepanjangan jargon. Dengan pikiran skeptis yang muncul diawal, makanya saya sangat antusias ingin melihat bagaimana jargon “Belajar dan Memimpin” tersebut akan kami rasakan di Tanoto Scholars Gathering 2015 yang diadakan di Pangkalan Kerinci. [caption caption="Ini dia tema yang bikin penasaran"][/caption]
Lah, Pangkalan Kerinci? Kok disana sih? Lagi-lagi sikap skeptis muncul, karena setahu saya Pangkalan Kerinci merupakan sebuah daerah kecil yang pusat kotanya terletak di sepanjang jalan lintas timur Sumatera. Wong, kalo saya pulang kampung ke Sumatera Utara, saya selalu melewati daerah ini, masa sih acaranya di Pangkalan Kerinci? Apa yang mau dilihat kalau gitu? Apa kita mau disuruh lihat debu dan goyangan daun kelapa sawit? Dan lagi-lagi saya bersikap skeptis.
Keberangkatan kotingen Jambi dijadwalkan pada tanggal 12 Austus 2015. Seperti pengalaman kontingen Jambi tahun lalu, keberangkatan akan melalui jalur darat dengan menyewa 4 mobil travel jurusan Jambi – Pangkalan Kerinci. Putuslah harapan untuk dapat terbang dengan burung besi, pesawat terbang. Namun seminggu sebelum keberangkatan, pihak Tanoto Foundation mengkonfirmasikan bahwa tiket penerbangan menuju Pekanbaru telah dikirim melalui e-mail masing-masing. Seketika mendengar berita itu, saya langsung lari ala selebrasi pemain sepak bola dan berteriak hore, ya walaupun ibu saya mengira kalau penyakit gila darurat anaknya kumat.
Demi menjaga harkat, martabat, derajat dan berat pembaca, singkat cerita kami telah tiba di Bandar Udara Sultan Kasim Syamsudin Pekanbaru. Disana kami disambut oleh Tanoto Scholars asal Riau. Beh, saya serasa artis-artis Korea yang turun dari pesawat dan disambut oleh para fans. Selamat siang wahai penggemar. Ho ho ho [caption caption="Akhirnya sampai juga"]
Perjalanan dari Pekabaru menuju Pangkalan Kerinci ditempuh dengan waktu dua jam menggunkan bus pariwisata. Dan saat kami tiba di kawasan Townsite RAPP, saya melihat berbagai model rumah layaknya sebuah perumahan elit dengan berbagai fasilitas didalamnya. Yang lebih mengejutkan lagi adalah selama lima hari kedepan kami akan menginap di hotel bintang tiga yaitu Hotel Unigraha. Udah naik pesawat pertama kali, sekarang menginap di hotel pula untuk pertama kali. Jadi serasa kayak pebisnis kelas ikan cucut yang sok mobilitas tinggi.
Hari pertama pun dimulai. Inilah saatnya kita lihat bagaimana jargon “Belajar dan Memimpin” sebenarnya dalam lima hari kedepan. Dan jeng jeng jeng, hari pertama dibuka dengan pembukaan yang dilakukan langsung oleh Anderson Tanoto yang merupakan anak dari bapak Sukanto Tanoto Pemilik RGE Group dan merupakan 10 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2015. Lalu para scholars dijamu dalam jamuan makan malam mewah ala pemimpin dunia.
Keesokan paginya pun diawali dengan Industry Visit. Di kegiatan ini kami belajar bagaimana sebuah “Mama Tree” menghasilkan “a little baby tree of Acacia”. Ada berhektar-hektar tanaman induk terbaik yang nantinya akan ditanam di lahan yang dimiliki oleh RAPP. Kami belajar menumbuhkan bibit pohon Akasia dan melihat bagaimana proses penyiraman yang terjadwal dan otomatis. Bibit pohon Akasia haruslah daun yang tidak terlalu muda dan yang tidak terlalu tua, kemudian bibit tersebut dimasukkan kedalam sebuah wadah yang terdiri dan sekam dan komposisi lainnya. Bayangkan, ada 2000 pohon yang harus ditanam oleh RAPP setiap harinya. Luar biasa!
Lalu kami diajak berkunjung ke RGE Technology. Dimana setiap bibit, kertas, dan kelapa sawit di teliti di dalam laboratorium RGE Tech. Namun sayang, kami tidak diperkenankan mengambil foto dengan alasan keamanan. Ada satu hal yang sangat menarik dari RGE Technology yaitu “Flying Elephant”. Tahukah kalian bahwa didalam kawasan pekebunan milik RGE Group yang sebesar 480.000 hektar, terdapat hutan konservasi yang dikembangkan oleh RGE Group. Dan yang hebatnya lagi, terdapat “Flying Elephant” yang merupakan gajah penjaga yang menjaga kawasan hutan homogen agar tidak dirusak oleh gajah lain. Kalau kata mbak pemandunya, gajah ya harus ngomong dengan gajah, makanya ada flying elephant.
Lalu, kami mengunjungi Mile. Mile merupakan kawasan pembuatan kertas mulai daari tahap awal, perebusan, bleaching, sampai ke tahap pembuatan kertas jadi. Namun lagi-lagi di kawasan ini kami tidak diperbolehkan mengambil foto. Saya adalah mahasiswa ekonomi dan saya belajar mengenai material handling, namun di tempat ini saya tidak hanya belajar, tapi saya melihat bagimana material di-handling dengan proses yang efektif dan efisien. Dan bukan hanya itu, di tempat ini keamanan merupakan hal yang terpenting. Seperti moto tempat ini yaitu, “do it safely or never do it”. Dan yang terakhir, kami berkunjung ke perkebunan kelapa sawit. Disana kami belajar mengenai hama dan pembasmiannya dengan bio enemy. Jadi disini hama dibasmi ya dengan musuh si hama. Masuk akal juga, manusia bicara bahasa manusia, gajah bicara bahasa gajah dan hama dibasmi dengan musuhnya sendiri. Hari itu saya belajar bahwa ada banyak tindakan bijaksana yang dapat kita tempuh untuk mencapai sebuah tujuan yang besar. Ilmu yang berharga yang tak akan saya dapat ditempat lain. [caption caption="Proses pembasmian hama dengan bio enemy"]
Oke, dihari kedua saya sudah belajar mengenai banyak hal. Lalu kapan saya harus memimpin? Pertanyaan itu terjawab di hari ketiga yaitu disaat outbound day. Selama lima hari ini saya merupakan bagian dari kelompok 18 dengan pembimbing kelompok bernama kak Dheva. Kelompok paling konyol yang pernah ada. Ada Pong, HJ, Rabin, Bang Yulius, Faisal, Kevin, Kak Irma, Kak Wilda, Bang Bahara dan Liza. Dan disini saya belajar memimpin. Ada saatnya kita harus menutup mata dan membangun komunikasi yang baik dalam Blind Horse, atau ada saatnya chemistry harus dibangun saat kita saling memegang tali dalam Poison egg. Dan ada masa dimana hidup kita dipercayakan kepada tim melalui Libra Bridge. Sungguh saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari tim yang saya percayai ini. Paling tidak hari itu saya belajar untuk menjadi pemimpin bagi diri saya sendiri dan mengalahkan rasa takut saya pada permainan high rope yaitu sweet drum. Dan hari ini saya adalah Leader! [caption caption="Ayo kelompok 18 kalian pasti bisa"]
Dan hari keempat diikuti dengan sesi 3 kelas yang menyenangkan dari orang-orang yang keren bin ajib. Belajar mengenai blogshop bersama tim dari kompasiana. Yah walaupun kecewa gak menang kontes twitter, huhuhu goodbye t-shirt keren. Tapi saya menyerap banyak ilmu dari sesi ini dan kebetulan menulis blog merupakan hobi saya yang sedikit keren, karena biasanya kalau ditanya hobi, saya cuma bisa bilang bernapas. Ingat, hargai hak cipta! Dan sesi selanjutnya mengenai personal branding dan public speaking. Ah, benar-benar sesi yang seru bin keren binti ajib. Selain itu, semua sesi gratis tis tis.... udah dapat ilmu, ketemu sama mas Nurulloh, mbak Becky Tumeweu dan mas Erwin Parengkuan. Kurang keren apa coba ketiga sesi ini. Ajib.