Mohon tunggu...
I Ketut Mertamupu
I Ketut Mertamupu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang mahasiswa hukum, agama dan budaya . Pengamat sosial yang berpikir blak-blakan . Tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar. Situs Resmi : www.hukumhindu.or.id . blog : www.mertamupu.blogspot.com , FB:facebook.com/mertamupu\r\nContact person: merta_mupu@yahoo.com , Phone Number +6281916665553 , +6281246085553 . Motto gue dalam menulis "free think about everything".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siswa Bergaya Konglomerat, Orang Tua Melarat

19 Juli 2012   00:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13426338331114997435

[caption id="attachment_188493" align="aligncenter" width="419" caption="Pelajar yang Kurang Ajar , tidak patut ditiru. (Sumber : www.tribunnews.com)"][/caption]

Mengejar pendidikan tinggi demi tercapainya cita-cita bangsa merupakan amanat Undang-undang dasar untuk menjadi warga negara hidup sejahtera. Cita-cita boleh tinggi tetapi seyogianya yang realistis, namun adakalanya dikalangan masyarakat khususnya anak-anak muda modern banyak dijumpai pelajar yang tidak memperhitungkan penghasilan orang tua sehingga menimbulkan ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keuangan keluarga, seperti pepatah mengatakan “lebih besar pasak dari pada tiang”. Bila pasak dipaksa masuk maka tiang akan pecah, demikian juga dengan manusia akan menjadi “3 S” Setres , Setruk, Setra (kuburan alias mati) bila dipaksa-paksa untuk memenuhi keinginannya.

Coba diperhatikan lingkungan di sekeliling, seringkali di sekitar kita dalam kehidupan menemukan suatu keluarga yang kebingungan melunasi uang sekolah anaknya. Biaya sekolah maupun kuliah di negeri ini semakin gila , biaya hidup semakin tinggi sehingga uang cepat habis sedangkan untuk mendapatkannya sangat sulit. Dibalik sulitnya mendapatkan uang , banyak mahasiswa atau siswa/i yang hidup berfoya-foya diatas penderitaan orang tua, pulang minta uang disuruh kerja tidak mau. Kasihan mereka banting tulang demi anak tetapi anak tidak tahu balas budi.

Sebagian besar , tidak bisa dipungkuri bahwa siswa/i banyak yang bergaya konglomerat padahal sejatinya hanya orang yang pas-pasan namun seolah-olah hidup seperti orang kaya . orang tua melarat , anak bergaya konglomerat. syukur kalau hasil jerih payah sendiri. Gaya dan penampilan seperti pemain sinetron namun isi otak kosong. kita tidak menyadari kalau pemain sinetron bergaya seperti itu dibayar alias dapat uang, sedangkan kita bergaya seperti bintang sinetron justru menghabiskan uang. Selain bergaya konglomerat juga brsekolah jauh dari rumah orang tua hanya karena gengsi , yang jsutru banyak waktu sia-sia. Sejatinya dimanapun kita bersekolah sebenarnya sama saja, tergantung niat kita dalam belajar dan asal sesuai dengan bakat yang dimiliki.

Jangan sampai meniru gaya bintang film karena gaya bintang film jaman sekarang terlebih sinetron menampilkan karakter siswa yang hidup mewah, padahal barang yang dipakai barang sewaan. Kisah – kisah yang ditonjolkan kebanyakan tentang cinta , bahkan kekerasan . Jarang yang mengangkat kisah yang bisa menjadi teladan, misalkan: "siswa yang membantu orang tuanya berjualan agar bisa membiayai sekolah", "mahasiswa yang terancam DO namun akhirnya bisa lulus dan kelak menjadi orang sukses karena kerja kerasnya", "mahasiswa yang penuh perjuangan” . dan lain sebagainya.

Generasi muda rupanya terlalu banyak diracuni Tv. Ini alasan mengapa saya lebih memilih mematikan TV atau beralih ke acara lain yg lebih bermanfaat dibandingkan menonton sinetron.

Yang lebih mengherankan lagi, remaja-remaja masa kini semakin kebarat-baratan bahkan pergaulan bebas tidak dapat dibendung. Tidak heran bila kita sering mendengar berita siswi SMP/SMA yang hamil sebelum tamat sekolah, semua itu akibat pergaulan yang kebablasan. Hukum Tuhan tidak ditakuti, apalagi hukum manusia. Misalkan saja hiv-aids, meski penyakit yang mengerikan ini belum ada obatnya namun manusia tidak menyadari bahwa hal itu sebagai pertanda bahwa Tuhan itu maha adil. Dengan adanya penyakit hiv-aids seharusnya manusia takut akan hukum tuhan , namun realita tidak demikian. Ketika manusia dihadapkan pada penderitaan seperti terserang penyakit hiv-aids, spilis dan penyakit berbahaya lainnya manusia akan menyalahkan Tuhan dan selalu mengkambinghitamkan tuhan sebagai pihak pemberi penderitaan, padahal manusia menciptakan nasibnya sendiri dan Tuhan sebagai hakimnya. Apa yang ditanam itulah yang akan dipetik, kebaikan yang ditabur kebaikan pula hasilnya, segala tindakan pahalanya selalu menunggu.

Hukum yang dipelihara, akan memeliharamu, Hukum yang dilanggar akan menghancurkanmu. Sesungguhnya perbuatan merupakan penghancur dan juga penolong diri sendiri; “perbuatan baik melindungi, perbuatan buruk mengahancurkan ”.

Penderitaan yang diciptakan sendiri oleh kita sendiri selalu mengintai , oleh karena itu .. waspadalah.. mencegah lebih baik daripada mengobati!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun