Mohon tunggu...
Merapi News
Merapi News Mohon Tunggu... -

Pesan Merapi: \r\n”Aku ora ngalahan Tur yo ora pengin ngalahke Nanging mesti tekan janjine Mung nyuiwun ngapura. Nek ana singh ketabrak, keseret lan kegawa kintir, kebanjiran lan klelep, mergo ngalang ngalangi dalan sing bakal tak liwati” \r\nAku tidak suka mengalah juga tidak ingin mengalahkan. Tetapi pasti sampai janjinya. Cuma mohon maaf, kalau ada yang tertabrak, terseret dan terbawa hanyut, kebanjiran atau tenggelam, karena menghalang-halangi yang akan kulewati.\r\n\r\nSitus lain: http://merapi-news.blogspot.com/\r\nhttp://www.merapinews.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asah Nyali di Puncak Merapi Memicu Keresahan

25 Desember 2010   00:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:25 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keresahan berkaitan dengan acara Asah Nyali di Puncak Merapi di Twitter dapat pembaca baca lebih lengkap dengan hashtag #extrajoss. Keresahan muncul di Twitter, diawali oleh twit Aisha Wardhana (@aishawardhana) pada 07:03 WIB 17 Desember 2010.

Pagi2 dapat kiriman selebaran ini.... Apa maksudnya ya..Tanggapan? @mripusat @irhamfh @jalinmerapiahyudinACT http://mypict.me/fmrAb

Isi dari selebaran tersebut di atas, mengundang tanda tanya:

Mencari relawan untuk #merapi tapi dikaitkan dgn pembelian produk atau uang 5rb rupiah... Apa ini? #asahnyaliextrajoss

Kemudian ditanggapi oleh Twitterer lain yang juga merasa resah dengan adanya event ini. Berikut tweet-tweet keresahan tentang adanya acara Asah Nyali di Puncak Merapi yang sudah kami edit tanpa mengurangi maksud dan tujuan tweet. Berikut tweet Indonesia Disaster Watch (@InDisWatch)

Ini nih yang namanya komersialisasi bencana. 100 relawan dicari dengan audisi di 100 kota dengan syarat Rp. 5000,- atau 3 sachet produk Extra Joss. Ayo berhitung! Audisi di 100 kota, katakanlah diikuti 1000 (pasti lebih) calon relawan (RELAWAN?!) di tiap kota. Dengan 1000 pendaftar saja, audisi akan diikuti 100.000 calon relawan (RELAWAN?!) yang masing-masing akan setor Rp. 5000,- atau membeli 3 sachet Extra Joss. 100 ribu relawan (RELAWAN?!) x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-. Katakanlah disumbangkan untuk korban erupsi Merapi. Siapa yang dapat nama? Berapa dari Rp. 500 juta yang akan disumbagkan untuk korban erupsi Merapi? Berapa yang digunakan untuk operasional relawan (RELAWAN?!) yaaitu pesawat, penginapan dan bentuk akomodasi lain? Berapa yang akan diperoleh Extra Joss dari liputan media berupa PR Value? Siapa bisa bantu hitung? Pasti PR Value-nya lebih besar dari Rp500 juta yang diperoleh dari setoran para relawan (RELAWAN?!) Saran untuk Extra Joss, jangan pakai kata RELAWAN, pakai saja WISATA ASAH NYALI di Merapi. RELAWAN sejati nggak gitu-gitu amat. RELAWAN sejati berangkat dengan semangat membantu. Tanpa iming2 hadiah uang tunai, merchandise, sertifikat. RELAWAN sejati brangkat tanpa janji fasilitas tiket pesawat, tempat penginapan dan uang saku . RELAWAN sejati berangkat tanpa iming-iming masuk TV, radio dan koran.

Pertanyaan yang muncul kemudian, “Mengapa baru sekarang? Mengapa tidak dari bulan November?” Tweet Aisha Wardhana memunculkan pertanyaan ini. Bagi Aisha Wardhana, ada beberapa keberatan yang kemudian muncul akan adanya event ini:
  1. Menggunakan terminologi asah nyali. Kegiatan sebagai relawan, bukanlah kegiatan "asah nyali". Ini adalah kegiatan sosial tulus.
  2. Mengumpulkan massa di 100 kota yang diwajibkan membeli 3 sachet Extra Joss atau membayar Rp. 5000,-
  3. Menggunakan kata "RELAWAN" hanya untuk aktivitas 3 hari di puncak Merapi. Tahukah Extra Joss bahwa RELAWAN yang sejati datang saat bencana, membantu evakuasi dan pulang ketika pengungsi sudah aman? Relawan sejati datang tanpa iming-iming uang saku, tiket pesawat dan publisitas.
  4. "Relawan" terbaik mendapatkan Rp. 30 juta? Bagaimana nasib Relawan yang sekarang berada di lokasi-lokasi bencana. Mereka bukan yang terbaik?
  5. Tolong hentikan kegiatan komersialisasi bencana alam! Berikan donasi secara jujur. Jangan mencari celah bisnis di tengah bencana!
  6. Kegiatan mencari 100 relawan ini dilakukan di 100 kota. Tolong stop.
  7. "Relawan" ini akan menjadi icon? Lebih baik datangi lokasi bencana. Audisi di sana.
  8. "Relawan" ini dapat tempat tinggal? Relawan sejati tidur sambil merapat ke kardus pun sudah alhamdulillah.
  9. Mengapa hanya Merapi? Bagaimana dengan Mentawai yang sulit terjangkau, yang membutuhkan nyali besar.

Kemudian, keresahan lain juga disuarakan ole Masyarakat Relawan (@MRIpusat)

Tak ada relawan terbaik atau relawan yang paling baik di dunia kemanusiaan. Semua relawan mempunyai andil dan peran yang sangat penting. Tidak etis memberi predikat kepada sseorang menjadi relawan terbaik. Di dunia lain silahkan, namun di dunia kemanusiaan, peran seorang relawan sama pentingnya. Extra Joss jangan mengeksploitasi kata RELAWAN untuk meningkatkan target penjualannya. Extra Joss alih-alih peduli terhadap korban merapi, namun dengan delik penipuan terhadap masyarakat, Extra Joss hanya ingin mengeruk keuntungan. Extra Joss, perlu diingat bahwa di dunia kemanusiaan tidak ada satu orang relawan-pun yang diuji nyalinya. Semua punya kelebihan dan peran penting. Perlu diketahui, hari ini banyak yang merasa sakit dengan eksploitasi kata RELAWAN yang dipakai untuk promo penjualan Anda. angat murah sekali kalian membandingkan jerih payah relawan yang ingin membangun peradaban kepedulian dengan uang Rp 30 juta. Keringat dan jerih payah relawan tak akan bisa ditukar oleh Extra Joss dengan imbalan berupa predikat relawan terbaik dan sejumlah uang.

Esoknya (18/12/2010), Aisha Wardhana menjelaskan kronologi mengapa dia sampai menyuarakan keresahan ini:

“Selebaran ini http://bit.ly/gurGVz sampai ke tangan saya ketika sedang menyapu teras. Sebagai orang yang pernah berada di daerah bencana, saya kaget. Ow.. Audisi relawan berhadiah utama 30 juta untuk relawan terbaik Extra Joss. Apa syaratnya? Cowok/cewek bernyali, 17-30th + 3 sachet extrajoss/Rp. 5000,-. Hmm, ada yang aneh. Relawan kok diaudisi, menggelikan. Membeli produk Extra Joss, atau membayar Rp 5000,- Semakin baca, semakin terusik. Saya putuskan untuk menuliskan soal ini di twitter (seperti yang ditulis di atas-red) Reaksi positif & negatif berdatangan. Ada yang menilai kegiatan ini tidak pantas, tapi ada juga yang menyerang secara personal. Saya lalu berkonsultasi dengan rekan-rekan media, pengacara dan praktisi periklanan. Untuk itu, saya perlu diam dan tenang. Dari hasil konsultasi tersebut, diputuska, bahwa inti permasalahan bukanlah pada produk Extrajoss, melainkan pada upaya komersialisasi bencana. Saya bersama @InDisWatch lalu menyerukan STOP KOMRESIALISASI BENCANA. Jadi, mohon dipahami,bukan mengubah fokus. Pemicu kasus tetap Extra Joss. Saya,@InDisWatch dan rekan-rekan relawan merasa kegiatan ini perlu diposisikan secara tepat. Saya hanya ingin menggores kepedulian. Sekaligus bertanya, mengapa kegiatan ini dilakukan setelah bencana mereda? Masih pedulikah kita kepada relawan yang tidur berhimpitan padahal seharian mereka membantu pengungsi? Apa mereka hanya senilai 30 juta? Maafkan, saya tidak dapat tenang dan diam ketika ribuan relawan yang tidak butuh liputan media, harus ditukar dengan relawan hasil audisi. Saya hanya bisa lakukan ini karena saya sudah komit untuk tidak turun ke daerah bencana dan bantu secara langsung sebagai relawan karena keterbatasan secara fisik. Seandainya, yang saya tulis ini tidak digubris oleh pihak penyelenggara, tidak ada masalah. Yang penting saya sudah menyuarakan kebenaran meski lewat Twitter

Keresahan Sony Set (Twitter @penulistangguh pada tanggal 18 Desember 2010)

Program Extra Joss asah nyali maksudnya apaan sih? Sok gagah dan jagoan di atas puncak Merapi? Rebutan branding dengan Kuku Bima? Program norak Extra Joss asah nyali tidak perlu diadakan di Merapi. Mau pamer keberanian? Sok relawan? Kalian terlambat di Jogja!

Keresahan terus bermunculan melalui Twitter hingga tulisan ini diturunkan. Pembaca dapa membaca lebih lengkap dengan mengikuti hashtag #extrajoss. Sampai pada tanggal 24 Desember 2010, kembali disuarakan oleh Indonesia Disaster Watch (Twitter @InDisWatch)

Extra Joss alihkan isu Relawan Komersil jadi Pelatihan Relawan Bencana. Iming-iming 30 juta utk "Relawan" terbaik tidak disebut lagi. http://bit.ly/f0jxfu Ini promosi awal Asah Nyali di Puncak Merapi oleh Extra Joss http://plixi.com/p/63707577. Sudah direvisi jadi Pelatihan Relawan tanpa iming2 hadiah 30 juta?

Dilema Warga Merapi dan Keterlibatan BNPB

Extra Joss, perusahaan minuman energi yang bernaung di bawah bendera Bintang Toedjoe dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencanangkan program perekrutan dan pelatihan relawan bencana. Melalui program ini, Extra Joss mengajak anak-anak muda di 100 kota di seluruh Indonesia yang memiliki fisik kuat dan bernyali besar untuk mengikuti pelatihan relawan bencana yang rencananya diadakan di Merapi, Jogjakarta. Peserta yang terpilih menjadi relawan, akan digembleng oleh para pelatih profesional antara lain dari Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB), Palang Merah Indonesia (PMI), TNI/ Polri dan relawan yang terlibat dalam penanggulangan bencana Merapi, agar mampu menjadi relawan bencana di berbagai daerah di Indonesia. (Selengkapnya di Sriwijaya Post 24/12/2010) Silakan baca selengkapnya berita-berita lain tentang acara ini oleh Antara News, Bangka Pos, Market+, Lensa Indonesia, Tribun News. Jika menelusuri kondisi warga Merapi, sebenarnya mereka membuka pintu lebar-lebar bagi siapapun yang akan berkunjung. Dengan alasan apapun. Seperti yang dilaporkan oleh Liputan6 SCTV (25/12/2010), warga bersama perangkat desa mengutip pengunjung sebesar Rp 5 ribu per orang dan Rp 10 ribu per kendaraan. Pengunjung dipungut bayaran saat masuk ke kawasan Kinahrejo, Cangkringan, berjarak empat kilometer dari Merapi. Setiap hari ratusan wisatawan berkunjung ke Dusun Kinahrejo yang menjadi tempat wisata dadakan. Jumlah pengunjung meningkat pada akhir pekan dan hari libur macet. Kehidupan di lereng Merapi belum pulih sepenuhnya. Pemulihan kehidupan warga kampungnya Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo berjalan perlahan. Tapi tingginya minat wisatawan menengok kondisi dusun yang rata dengan tanah akibat letusan Merapi, memberi sedikit harapan untuk membangun kembali hidup mereka. Yogyakarta, 25 Desember 2010

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun