Tipe Tipik merupakan tipe yang paling banyak ditemukan di Indonesia, khsusunya di daerah Sangiran dan Trinil. Salah satu fosil Homo erectus tipe Tipik dengan kondisi paling sempurna pada saat ditemukan adalah fosil Pithecanthropus VIII (kode fosil: P-VIII) atau yang lebih umum disebut dengan Sangiran 17 (kode fosil: S17).Â
Penyebutan Sangiran 17 merujuk kepada nomor seri penemuan yang diberikan kepada fosil tengkorak Homo erectus yang ke-17 di Sangiran. Fosil ini ditemukan pada lapisan endapan pasir fluvio vulkanik Formasi Kabuh berusia 800.000-700.000 tahun silam di sebelah selatan Sungai Cemoro di Dukuh Pucung, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.Â
Penemunya adalah Towikromo dan Tukimin pada tahun 1969 dan di tahun 1971 fosil ini pertama kali dipublikasikan oleh S. Sartono sebagai P-VIII. Saat ini fosil asli P-VIII disimpan di Museum Geologi - Badan Geologi, Bandung.
Sangiran 17 merupakan masterpiece koleksi dari Sangiran yang sering disebut sebagai "Sang Selebriti" karena duplikat dari fosil ini banyak dikoleksi dan dipajang di museum paleoanthropologi terkemuka di berbagai belahan dunia, serta menjadi rujukan penting dalam merekonstruksi wajah Homo erectus.Â
Menurut Harry Widianto dan Harry Truman Simanjuntak (2009, hlm. 69) Sangiran 17 adalah temuan Homo erectus yang paling lengkap dan terbaik dari Sangiran karena terdiri atas atap tengkorak, dasar tengkorak dan muka yang masih terkonservasi secara baik.Â
Fosil tengkorak Sangiran 17 merupakan satu-satunya fosil Homo erectus di Asia yang masih memiliki area wajah pada saat ditemukan. Karena itulah mengapa aspek fisik wajah dalam merekonstruksi Homo erectus hanya dapat dicermati melalui fosil Sangiran 17.
Lebih hebatnya lagi, Sangiran 17 merupakan salah satu dari dua fosil Homo erectus di dunia yang ditemukan lengkap dengan area wajah: satu berasal dari Sangiran dan satu lagi berasal dari daerah Afrika.Â
Berdasarkan temuan Sangiran 17 maka dapat diperkirakan bahwa kapasitas otak yang dimiliki oleh Homo erectus tipe Tipik adalah 1.000 cc. Proporsi wajah sudah lebih banyak menggambarkan fitur wajah manusia masa kini jika dibandingkan dengan fosil-fosil lainnya.Â
Ciri-cirinya meliputi tengkorak dengan tulang tebal, tonjolan alis besar, wajah menonjol, hidung lebar, dan ukuran tengkorak melebar di bagian pangkal.Â
Kesamaan proporsi wajah inilah yang menjadikan Sangiran 17 sebagai salah satu faktor dan bukti penguat dalam menjembatani evolusi manusia, sekaligus sebagai The Missing Link atau Mata Rantai yang Hilang.